Back to Chaos in A Dream : Chapter 4 (1)

613 29 3
                                    

Feng Jiu mengucek matanya selagi ia duduk tegak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feng Jiu mengucek matanya selagi ia duduk tegak. Merasa agak canggung saat duduk, ia melihat ke bawah dan menyadari bahwa ia dalam wujud rubah aslinya. Sudah lama sekali semenjak ia tertidur sebagai seekor rubah, jadi ia merasa aneh sementara menggoyangkan tubuhnya, bertransformasi ke wujud manusianya. Ia turun dari ranjang, memakai sepatunya, dan berjalan ke jendela.

Di langit timur, bulan purnama menggantung tinggi. Di bawah bulan purnama, kabut ungu menyelimuti pegunungan abadi, skalanya seperti ombak yang tumbuh dari Laut Giok. Ini adalah pemandangan akrab dari Laut Giok Surgawi.

Sebelumnya di hari itu, ketika dua anak abadi memberikannya ramuan penjernih pikiran, mereka dengan lalainya memberikannya anggur yang kuat, bukannya air untuk mengiringi pengobatannya. Anggur itu berinteraksi dengan obatnya, dan ia pun tertidur lelap.

Saat ini, pikirannya masih kabur setelah bangun tidur. Karenanya, ia sepenuhnya melupakan bahwa ia sudah pergi ke bangsal sihir Zu Ti, melakukan perjalanan kembali melalui ruang dan waktu untuk mencari putranya, Bai Gun Gun. Ia berasumsi bahwa ini hanyalah kunjungan rutin keluarga mereka di Laut Giok Surgawi.

Menggunakan penerangan cahaya bulan, Feng Jiu menaksir interior kamar tidur itu sesaat, dan mengenalinya sebagai kamar tidur samping.

Kenapa ia tidur di kamar tidur samping?

Gelombang mengantuk lainnya pun menyelimutinya, dan ia menguap, jadi ia tidak repot-repot memikirkan pertanyaan ini. Sambil berjalan melewati dua anak abadi yang sedang tertidur seperti kayu mati, ia pergi ke arah yang sudah dikenalnya, menuju kamar tidur Di Jun.

Ketika pintu kamar Sui Han terbuka, Di Jun terbangun. Angin sejuk malam hari berhembus masuk melalui pintunya, mengangkat tirai muslin, mengembuskan aroma lembut seorang wanita.

Di Jun bingung.

Ada wanita aneh yang naik ke tempat tidurnya di tengah malam selagi ia tertidur adalah sesuatu yang tidak dialaminya selama ribuan tahun.

Beberapa puluh ribu tahun yang lalu, ia pernah pindah ke wilayah selatan untuk hidup sementara waktu demi menggunakan esensi darah ras iblis untuk memelihara pedang Cang He-nya. Para gadis ras iblis lancang dan tak terkendali, dan sering menaiki tempat tidurnya, menawarkan diri mereka padanya, membuatnya sulit dan menjengkelkan untuk bertahan.

Pada waktu itu, alasan gadis iblis lancang itu bisa menembus bangsal penghalang di sekitar kediamannya dan menaiki tempat tidurnya adalah karena ia memasang penghalang itu sambil lalu—jika penghalangnya terlalu kokoh, esensi darahnya tidak dapat menembus ke kediaman bambunya dan pedang Cang He-nya tidak bisa dipelihara. Itulah mengapa, tidak aneh jika wanita-wanita iblis itu dapat menembus ke dalam kediaman bambunya.

Tetapi kini, ia berada di Laut Giok Surgawi, dan bangsal pembatasnya bukanlah main-main. Mana mungkin wanita abadi, monster, atau iblis masuk ke kamar tidurnya di tengah malam?

Pada saat ini, Di Jun mendadak bingung.

Er, ada satu orang yang bisa.

Orang yang diletakkannya di kamar tidur samping—ibu Bai Gun Gun.

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang