Hari penuntutan Junuo akhirnya tiba pada tanggal 7 April.
Fengjiu samar-samar mengingat puisi manusia yang pernah dibacakan bibinya Bai Qian untuknya, bertujuan untuk meningkatkan semangatnya.
Baris puisi ini mengandung semangat luar biasa : "Di tengah senja melihat pinus yang kokoh; awan bergolak tetap tenang dalam penerbangan mereka."
(T/N : Baris ini diambil dari Mao Zedong's 為李進同志題所攝廬山仙人洞照 Prasasti pada Sebuah Lukisan Diambil oleh Comrade Li Jin Di Gua Xianren dari Pegunungan Lu).
Fengjiu kecewa karena ia tidak dapat membiarkan bibinya menyaksikan jiwa kuat namun tenangnya selama proses pemenggalan Junuo di Teras Lingshu, bahkan meskipun jika ia memang mendapatkan semangat itu secara terpaksa.
Rumor mengatakan kalau si pedang pemilih itu tidak pernah meminum apa pun selain darah. Untuk alasan inilah, Fengjiu tidak dapat menjalankan rencana luar biasanya dengan melemparkan sekantong darah ke arah pedang itu. Sekarang karena sudah sampai di titik ini, ia hanya dapat bersusah-payah menjalankannya.
Dan lagi, Fengjiu harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapai harimau itu dengan kemampuannya dan Shangjun dengan akalnya. Meskipun keringat mengucur deras hanya dengan membayangkan akan menyentuh pedang itu dengan tangan kosongnya, sudah tidak mungkin untuk mundur lagi. Jika ia mampu menyelamatkan pasangan dimabuk cinta itu dalam keadaan penuh badai, ia pun mungkin bisa membuat nama untuk dirinya sendiri.
Fengjiu hanya menyesali karena lupa merencanakan ini dengan Xize selagi mereka berada di Rawa Shui'yue.
Meskipun begitu, untungnya, Fengjiu menduga, Shangjun tidak akan mencari Xize beberapa hari ini. Hari itu ketika ia berpisah dengan Xize di pintu masuk Rawa Shui'yue, Xize bilang ia akan melakukan perjalanan jauh dan akan kembali ke Istana Qinan selama sepuluh hari.
Jika Fengjiu membutuhkan sesuatu, ia dapat pergi ke istana untuk mencari Xize.
Fengjiu mempertimbangkannya selama beberapa saat dan berpikir bahwa pertama-tama ia harus menuliskan sepucuk surat dan meminta Chacha untuk mengantarkannya pada Xize setelah ia kembali ke istana suci. Hanya dengan begitulah masalah ini baru bisa dianggap selesai.
Sebagai tambahan selain surat Xize, Fengjiu juga harus menuliskan surat untuk Chen Ye. Dan bukan hanya sepucuk surat, tetapi banyak, lebih banyak lagi surat.
Fengjiu menatap tangan kanannya yang terbungkus layaknya bakpao kukus dan mendesah dengan kepala berdenyut parah.
Tentu saja Fengjiu tahu Aranya bersikeras menyelamatkan Chen Ye di Teras Lingshu bukan hanya untuk menyusahkan Ayahnya.
Menurut apa yang dikatakan Mo Shao, Aranya sangat mudah berubah-ubah. Ada kalanya Aranya dapat menahan diri, ada kalanya ia bersemangat, dan kadangkala ia juga bersikap santai dengan sembrono.
Tetapi jika seseorang menggali lebih dalam ke dalam pikirannya, Aranya sesungguhnya adalah seseorang dengan kesukaan atau ketidaksukaan yang tergaris jelas.
Sebagai contohnya, karena Shangjun dan ratunya tidak pernah menyukainya, Aranya juga tidak menyukai mereka. Di lain pihak, karena Mo Shao memperlakukannya dengan baik semenjak ia masih muda, Aranya selalu mengingat kebaikan Mo Shao.
Namun, kenapa Aranya memberikan perhatian semacam itu pada Chen Ye di Teras Lingshu meskipun ia tidak pernah menyukai Aranya?
Ini merupakan salah satu dari hal yang tak dapat dimengerti.
Setiap perasaan di dunia ini memiliki logikanya sendiri, tetapi perasaan romantis terlahir tanpa alasan jelas. Setelah meletus, bahkan perasaan itu dapat mencabut nyawa seseorang. Apa yang sesungguhnya terjadi setelah Junuo menerima hukumannya di Teras Lingshu di masa lalu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
Rastgele[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...