Buku 2 - Chapter 2 (2)

332 31 0
                                    

Sebelum Fengjiu dapat memikirkan apa pun, ia mendorong dada Dijun dan merona semerah muda persik yang mekar: "Bagaimana bisa kau mengucapkan perkataan tidak tahu malu semacam itu?!"

Sejujurnya, Dijun hanya sedang bercanda, tetapi ia tidak menyangka pendengarnya tidak akan menganggap perkataannya sebagai ucapan biasa.

Donghua mengingatkan Fengjiu: "Siapa yang memulainya, apa kau ingat?"

Api amarah Fengjiu langsung membara; ini adalah pertanyaan mengenai kebanggaan.

Fengjiu berpikir sekian lama sebelum ia cukup memberanikan diri menjawab: "Kuakui, akulah yang memulainya."

Fengjiu mengusap hidungnya dan mulai membela dirinya dengan cara yang tidak masuk akal: "Tapi ini adalah mimpiku, jadi aku dapat melakukan apa pun yang kumau."

Disini, Fengjiu mendadak tersadar. Benar, ini adalah mimpinya, Donghua tercipta dari imajinasinya. Biasanya, ia tidak pernah menang melawan Donghua dalam sebuah argumen, bagaimana mungkin ia masih tetap searogan ini bahkan dalam mimpinya? Donghua sungguh tidak menghormati mimpi pemiliknya!

Fengjiu menatap Donghua tanpa rasa takut dengan keberanian yang baru ditemukannya: "Kau, kau hanyalah tercipta dari imajinasiku. Dalam mimpiku sendiri, aku bisa memanfaatkanmu semauku, bagaimana pun caranya. Tetapi kau tidak dapat melakukan hal yang sama padaku."

Fengjiu mulai menyelaraskan sekarang karena pikirannya sudah jernih: "Kau tidak perlu membalas apa yang kukatakan dengan alasan, karena tidak ada alasan dalam mimpi ini, perkataanku adalah satu-satunya alasan!"

Pidato Fengjiu dikatakan dengan penuh keyakinan. Ketika ia selesai, ia sendiri merasa sedikit kagum. Diam-diam ia mengamati Dijun.

Dijun dibuat bengong selama beberapa saat. Fengjiu bertanya-tanya apakah Dijun merasa terintimidasi. Ia melambaikan tangannya di hadapan Dijun.

Dijun memegangi tangannya yang sedang melambai.

Donghua jelas menatap Fengjiu, tetapi perkataannya tampaknya ditujukan pada dirinya sendiri: "Jadi ia pikir ia sedang bermipi."

Jeda.

"Aku bertanya-tanya mengapa kau mendadak jadi begitu rileks, dan kau bahkan tidak marah."

Fengjiu mendengarkan setiap perkataan dari dua kalimat Dijun dengan jelas, tetapi ia tidak cukup memahami maksudnya.

"Apa yang sedang kau bicarakan, bermimpi?"

Benar-benar kehilangan arah, Fengjiu melanjutkan: "Bukankah ini sebuah mimpi? Kalau ini bukan sebuah mimpi, lalu darimana datangnya dirimu?"

Begitu kebingungan sekarang, Fengjiu menambahkan: "Kenapa aku harus marah padamu?"

Fengjiu mulai sadar ketika matanya melihat sekilas bibir memerah Donghua; wajahnya memucat selagi ia berkata, "Apakah aku sungguh memanfaatkan ...."

Fengjiu tidak mampu mengucapkan kata 'dirimu'. Tangannya yang bebas yang tidak sedang dipegangi Donghua mulai menarik selimut ke atas dadanya secara diam-diam, mencoba menutupi kepalanya juga. Kenyataan memang sedikit kejam.

Dijun menangkap ujung selimut itu di tengah jalan, tangan Fengjiu tertahan olehnya.

Donghua memfokuskan pandangannya pada Fengjiu sekian lama, kemudian akhirnya bertanya, "Apa kau mengingat apa yang kau lakukan sebelum tertidur, Xiao Bai?"

Apa yang Fengjiu lakukan sebelum ia tertidur? Ia merasa ia sama sekali tidak memiliki kesan apa pun sebelumnya. Otaknya sekarang terlempar ke dalam angin. Kabut dari ingatan terlupakan mengenai masa lalu yang tragis terbawa oleh siliran angin. Mendadak, separuh hati Fengjiu merasa dingin. Apakah gejala semacam ini berarti ia telah kehilangan ingatannya?

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang