Buku 2 - Chapter 14 (1)

371 24 0
                                    

Hari-hari singkat musim semi seperti yang disebutkan dalam bait dunia fana sebagai berikut:

"Dimabuk burung-burung dan bunga bermekaran, saat terbangun, musim semi telah berlalu dengan begitu cepatnya."

(T/N : dari 豐樂亭遊春, sebait puisi Ouyang Xiu di era Song.)

Ketika Fengjiu pertama kali mendengarkan puisi ini dari ayahnya yang terpelajar, menunjukkan padanya pemahaman literatur yang jarang sekali terlihat.

Manusia menyesali cepatnya berlalu musim semi padahal itu merupakan waktu terbaik di antara empat musim. Terpikat oleh hal-hal indah, orang-orang sering tidak merasakan berlalunya waktu.

Pada saat mereka berbalik untuk menoleh, apa yang telah terlewati akan selalu tampak cepat.

Saat Fengjiu mengucapkan perkataan ini, ayahnya sampai merasa kalau ia telah bertemu dengan semangat yang sama; keyakinan yang istimewa tampak di dalam matanya selagi ia menatap Fengjiu.

***

Tuan Xize meninggalkan kediaman hari ini. Merasa agak melankolis selagi ia memperhatikan sosok Xize yang menghilang, Fengjiu jadi terpikirkan puisi ini.

Musim semi telah pergi di saat ia terbangun. Meskipun waktu yang dihabiskannya bersama dengan Xize tidak benar-benar secepat itu, satu minggung memang tak terasa, seperti musim semi memabukkan.

Fengjiu ingin Xize untuk tinggal lebih lama, tetapi itu akan kejam bagi Mo Shao. Mo Shao mengirimkan sepucuk surat panjang kemarin untuk Xize yang tanpa sengaja dibaca oleh Fengjiu.

Sangat menyedihkan, Mo Shao bilang ia telah mengerjakan alat ajaib itu hingga tahap akhir. Tetapi, karena itu sebuah objek yang dahsyat, akan sangat berbahaya mendekati penyelesaiannya.

Jika tidak ditangani dengan baik, mungkin dapat menyerang balik setelah semua energi dan usaha yang digunakan untuk membuatnya. Situasinya mendesak.

Mo Shao meminta Xize untuk segera kembali ke kuil secepatnya. Di akhir suratnya, Mo Shao tak lupa mengeluh seraya bertanya, ia telah mengirimkan total sebelas surat panjang untuk Xize berhari-hari yang lalu; apakah Xize tidak menerimanya ataukah ia menggunakan surat yang dikirimkannya untuk menyalakan lilin?

Saat ini, Fengjiu mengingat kalau selama beberapa malam ini, lilinnya tampaknya memang menguarkan aroma tinta. Ia hanya bisa merasa sedikit kasihan pada Mo Shao. Karena belas kasihan dan rasa keadilannya, Fengjiu membiarkan Xize pergi dari kediamannya di hari berikutnya.

Sedikit disayangkan karena Xize telah pergi. Menghabiskan beberapa hari terakhir dengannya membuat semua yang ada di ibu kota jadi tampak lebih menarik daripada sebelumnya.

Sebagai contohnya, Xize membawa Fengjiu memancing. Jujur saja, Fengjiu tidak begitu tertarik dalam urusan memancing ini. Pada awalnya, ia hanya ingin menghiburnya. Tetapi, sekalinya ia mencoba, tampak cukup menyenangkan.

Xize menyiapkan perahu sederhana, di haluan perahu terdapat tungku kecil dan masing-masing sebotol minyak, garam, pasta, dan cuka. Xize membawa Fengjiu ke hilir untuk menikmati musim semi yang menakjubkan di pinggiran kota.

Mereka menambatkan perahunya sekitar tengah hari. Selagi Xize memancing, Fengjiu menghangatkan anggurnya. Ketika Xize menangkap sesuatu, ia membersihkannya dan membuat makanan mewah dari itu.

Setelah makan siang, Xize melayangkan perahunya menuju kolam terdekat. Di dalam bayangan teratai, Xize membawanya, selagi ia berbaring mengantuk di lengannya.

Sinar mentari tersaring melalui dedaunan teratai, menaburkan cahaya warna-warni di atas wajah Fengjiu selagi ia membenamkan kepalanya di dalam dada Xize.

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang