Chapter 8 (2)

305 27 2
                                    

Kemudian, melihat guru mereka mendekat dengan cepat, Xiao Yan takut ia membocorkan lokasi Fengjiu dan cepat-cepat berteriak ke arah lain.

Xiao Yan merasa puas dengan dirinya sendiri hari ini. Akhirnya ia berhasil melaksanakan seni interaksi sosial—kemajuan ini bukanlah hal kecil.

Hulu sungai sepanjang pinggirannya merupakan sebidang besar Saha-Manjusaka.

(T/N : Saha-Manjusaka – sebuah bunga ajaib yang sering disebut dalam kitab Buddha. Sering pula dikenal dengan sebutan klaster amarilis atau lili laba-laba merah.)

Mereka mekar dengan indahnya, berkebalikan dengan latar belakang bersalju. Fengjiu hanya punya sedikit ketertarikan pada tanaman dan bunga, jadi pengetahuannya soal mereka agak kurang.

Fengjiu hanya tahu kalau ini disebut Saha-Manjusaka karena Donghua sering menggunakan mereka dalam upacara. Ia tidak ingat melihat siapa pun beberapa waktu yang lalu, tetapi di detik ini, ada sesosok ungu elegan berdiri damai di antara bunga-bunga.

Fengjiu tadinya mengira ia sedang bermimpi. Dari Langit ke Bumi, tak ada seorang pun yang sesetia ini pada kain berwarna ungu seperti ini dan dapat mengenakannya seindah Donghua.

Namun, kenapa juga Donghua ada di sini sekarang?

Jika untuk menyelamatkan Fengjiu, Donghua harusnya datang enam bulan yang lalu; datang sekarang bahkan lebih kecil lagi kemungkinannya.

Akan jauh lebih masuk akal bagi Donghua untuk berada di surga di suatu tempat di Jiuchongtian membaca sutra Buddha atau memancing di kolam teratai.

Selagi Fengjiu sibuk menghalau teorinya, dengan ceroboh ia jatuh ke depan, tetapi beruntungnya berhasil berpegangan pada sebuah batang tepat waktu.

Fengjiu menyapukan pandangannya pada bidang bunga di belakang pohon pinus tua di sisi lain sungai sekali lagi dari sudut matanya dan kali ini sosok ungu itu tak lagi berada di sana.

Fengjiu meniupkan napasnya ke tangannya dan berputar untuk memeriksa apakah gurunya berhasil mengejarnya, menabrak seseorang.

Beberapa langkah di belakangnya adalah guru Fengjiu. Ia membungkuk dengan satu tangan di pinggul tuanya, berusaha berdiri tegak.

Sewaktu Ji Han melihat Fengjiu mundur ke belakang dan ingin kabur, dengan cepat ia menangkap lengan pakaian Fengjiu.

Yah, sebut saja Fengjiu terkejut! Gurunya yang biasa lambat tiba-tiba saja jadi setangkas seekor kelinci. Sebelum Fengjiu bisa bereaksi, kedua tangan dan kakinya sudah diikat dengan tali ajaib.

"Murid yang tidak patuh, berhenti di sana!"

Fengjiu mendengarnya berbicara.

"Pelajaran pertama yang harus dipelajari murid adalah untuk menghormati guru mereka. Setelah ini, aku harus menghukumu ke penjara air. Kau tidak merasa itu tidak adil, kan? Karena aku melihat sebuah penjara air tepat di sini."

Sebelum Ji Han bahkan menyelesaikan perkataannya, ia sudah mulai membacakan mantra untuk melemparkan Fengjiu ke bawah sungai.

Tidak mungkin lagi menggunakan sebuah mantra perlindungan setelah Fengjiu terikat dengan tali ajaib. Tanpa sebuah pelindung, Fengjiu sepertinya akan mati jika ia dibenamkan di dalam air musim dingin ini.

Tetapi Fengjiu tidak pernah suka memohon apa pun bahkan sejak ia masih anak-anak.

Saat Fengjiu dilemparkan ke udara, ia bahkan menjawab balik dalam cara angkuh khas Paman Bai Zhennya: "Betapa sialnya aku hari ini."

(T/N : Fengjiu menggunakan kata ye untuk menyebut aku, menunjukkan kesenioritasannya daripada si pendengar.)

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang