Chacha menatap Fengjiu dengan sedikit kemarahan.
"Di saat Yang Mulia Xize menyadari ini sedang hujan, hamba yakin, ia akan berharap kalau Yang Mulia Aranya akan tetap datang meskipun sedang turun hujan. Yang Mulia Xize akan menarik Anda ke dalam pelukannya dan melupakan segala luka yang telah Anda sebabkan padanya. Tetapi Anda ..."
Chacha kembali memberikan tampang kesalnya.
"Anda pulang ke rumah tepat setelah Anda melihat beberapa tetes air hujan. Apakah sungguh ada sebuah tempat bagi Yang Mulia Xize dalam hati Anda? Betapa sakitnya Yang Mulia Xize. Ia bahkan akan bertanya mengapa ia tidak mati saja karena kehujanan."
Kepala Fengjiu tidak mampu menghindari serangan yang dilemparkan ke arahnya.
"Tidak mungkin separah itu ....?"
Chacha memukul besinya selagi masih panas: "Yang Mulia, apakah Anda ingin pergi mencari Yang Mulia Xize lagi?"
Fengjiu bersusah payah membayangkan Xize yang terluka dalam siraman air hujan. Ia tidak tahu mengapa, tetapi ia terus saja membayangkan Xize tengah duduk santai menikmati hujan dengan sebuah hot pot mengepul.
Bagaimana bisa berdiri sengsara dalam hujan menjadi sesuatu yang akan dilakukan oleh Xize?
Fengjiu berkomentar Chacha yang terlalu cemas dan berdeham: "Aku mau tidur. Xize juga pasti sudah pergi tidur. Aku akan pergi mencarinya besok ketika langit sudah cerah."
Chacha sudah menghabiskan napasnya berusaha mengubah besi menjadi baja. Ia menghela napas, menggelengkan kepala, dan berbalik untuk menyiapkan ranjang Fengjiu.
Di luar jendela, hujan terus turun. Fengjiu berpikir samar pada dirinya sendiri bahwa lucu sekali beberapa hari terakhir ini. Hujan turun tepat waktunya untuk menghilangkan kekaburan.
Fengjiu perlahan tertidur diiringi suara derai hujan.
***
Di tengah malam, Fengjiu merasa kalau ranjangnya jadi lebih sempit. Ada sesuatu yang lembab melewati wajahnya. Ia tidak tidur nyenyak malam ini, jadi hanya dibutuhkan sedetik baginya untuk tersentak bangun. Batang lilin di balik ranjangnya dengan cepat menyala.
Melalui cahaya lilin yang redup di sisi lain dari tirai tipis itu, Fengjiu dapat melihat sosok seseorang. Itu adalah Xize, yang mengambil separuh bagian dari ranjangnya. Dingin menyelimuti seluruh tubuh Xize.
Menyadari cahaya, mata Xize perlahan terbuka.
Setelah beberapa saat tak sadar, Xize menatap Fengjiu dan bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Fengjiu balik menatap Xize selama beberapa lama dan berkata, "Akulah seharusnya yang menanyakan ini padamu."
Secercah kebingungan muncul di mata Xize.
Fengjiu menguap dan menambahkan, "Karena ini adalah ranjangku."
Malam ini, Xize tampaknya lambat dalam merespon apa pun.
"Kau pasti telah kembali sejak tadi, bukan? Tidak heran aku tidak bisa menemukanmu dimana pun sepanjang sore ini. Apakah kau berada di sayap kiri atau sayap barat? Kau berada di kamarku sekarang ... karena kau tidur sembari berjalan dan salah masuk kamar, kan?"
Xize terdiam cukup lama.
"Aku pergi keluar berjalan-jalan dan tidak benar-benar memperhatikan waktu. Aku baru saja kembali dan tanpa sengaja salah masuk kamar."
Di luar, hujan dan angin terus bersiul. Fengjiu sedikit meraba ranjangnya sekian lama sebelum menarik keluar sebuah cangkang, ruangan itu segera diselimuti oleh cahaya lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/298731298-288-k496350.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]
Random[Novel Terjemahan] [END] Judul : Three Lives Three Worlds, The Pillow Book Author : Tangqi Gongzi Upper Volume : Prolog+11 chapter+1 bonus Lower Volume : 21 chapter + epilog + 2 extra chapter + 1 bonus Pillow Book of Samsara : Back to Chaos in A Dre...