Buku 2 - Chapter 20 (1)

275 26 1
                                    

Donghua tidak pernah muncul di hari pernikahan.

Sembilan hari kemudian, ia masih belum juga muncul.

Apa yang dilakukannya, apa yang dikatakannya, saat Fengjiu mengingat-ingatnya sekarang, ia merasa kesannya terhadap sembilan hari itu masih sangat amat kabur.

Ia hanya ingat itu memanglah hari yang indah di tanggal 4 Maret. Sinar mataharinya terasa lebih hangat, dan Laut Biru menjadi kelihatan lebih indah, seperti itu, semua orang yang datang ke perjamuan pun mengungkapkan kekaguman mereka.

Meskipun itu hanyalah sebuah resepsi pernikahan tambahan, itu sangatlah penting, baik bagi Zhonglin dan ibunya. Kecuali janji di hadapan Langit dan Bumi, semua ritual rumit lainnya telah dipersiapkan.

Setelah Fengjiu berpakaian, ibunya membahas aturan ritual secara sungguh-sungguh dengannya. Ia merasa sedikit terganggu, tetapi Fengjiu juga sangat penasaran dan penuh harap.

Para makhluk abadi dari seluruh penjuru dunia tiba lebih awal untuk perjamuan itu. Bahkan si tukang pura-pura Tianjun saja datang tepat waktu. Namun, sampai waktu yang ditentukan berdetak lebih dekat, Donghua masih belum terlihat dimana pun.

Fengjiu akhirnya panik.

Ia mengingat Dijun bilang bahwa ia akan tiba belakangan di malam sebelum ia pergi, tetapi Dijun tidak mengatakan secara jelas kapan sebenarnya 'belakangan' itu. Mungkin, Dijun tidak dapat kembali tepat di waktu yang telah ditentukan, pikirnya.

Fengjiu tiba-tiba saja merasa sedikit kosong. Tetapi, setelah mempertimbangkan lebih jauh, ia malah terkesan agak picik. Walaupun pernikahan ini sangatlah penting, Xiao Yan bilang hidup Jiheng dalam bahaya.

Dijun bilang bahwa ia hanya akan datang untuk menengoknya, tetapi berdiri di samping tempat Jiheng terbaring sakit, ia mungkin merasa sedikit kasihan dan memutuskan untuk tinggal sedikit lebih lama agar ia dapat memenuhi permintaan terakhirnya.

Tak peduli apa pun, menghormati yang sudah mati adalah hal benar yang harus dilakukan. Jadi, Dijun tidak akan kembali tepat waktu. Bukan masalah besar. Fengjiu tidak seharusnya bertengkar dengan orang yang sekarat.

Di saat ia sedang memikirkan segalanya, Zhonglin buru-buru berjalan masuk. Pelayan paling kompeten dari Istana Taichen tidak terlihat sangat baik.

Zhonglin memalingkan pandangannya dan memberitahunya, "Hamba masih belum melihat Dijun dimana pun. Beliau pasti terhadang oleh urusan yang mendesak. Maafkan kelancangan hamba untuk bertanya, jikalau Dijun tidak datang hari ini, apakah menurut Yang Mulia kita harus melepaskan semua ritualnya dan membuat ini jadi perjamuan yang biasa saja?"

Saran Zhonglin ini sudah mempertimbangkan soal kehormatan Fengjiu.

Tertulis di undangan bahwa ini merupakan sebuah resepsi pernikahan, tetapi beruntungnya tidak ada seorang pun yang benar-benar mengetahui akan seperti apa resepsi ini nantinya. Membuatnya menjadi sebuah perjamuan biasa bukan hal yang buruk juga.

Perjamuan hanyalah alasan bagi para makhluk abadi untuk berkumpul dan bergembira. Tidak akan jadi masalah kalau Dijun tidak muncul.

Bagaimanapun juga, para tetua semuanya tahu bahwa Dijun tidak pernah menyukai pesta-pesta semacam ini. Sebelum pensiun menyendiri, tidak jarang baginya untuk tidak menghadiri pesta perayaannya sendiri.

Namun, kalau semuanya berjalan sesuai dengan yang telah diatur oleh Zhonglin dan ibunya, perjamuan ini akan termasuk sebuah pernikahan. Ketidakhadiran Dijun akan membuat Fengjiu, sebagai seorang Ratu, jadi terhina.

Fengjiu sangat bersyukur kepada Zhonglin atas pertimbangannya untuk dirinya.

Memerhatikan ekspresinya, Zhonglin meragu sejenak sebelum berkata: "Resepsi ini sangatlah penting bagi Dijun. Jika beliau tidak bisa datang hari ini, itu pasti dikarenakan keadaan darurat. Dijun tidak akan pernah mengabaikan Anda. Aku berani mengatakan itu karena, semenjak Yang Mulia memercayakan perjamuan ini untuk kuurus, ia meyakini bahwa tidak peduli apa pun yang terjadi, aku akan berada di sini untuk melindungi Anda."

Three Lives Three Worlds, The Pillow Book [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang