Hai gengs🐣
Ada yang nunggu ngga sii?
Sebelum baca vote dulu yaa🤗
Selamat membaca!
******
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. Para siswa siswi mulai beranjak pulang. Kini SMA Cahaya mulai sepi. Launa berjalan menyusuri koridor. Langkahnya membawanya menuju parkiran. Kedua bola matanya mengedar mencari-cari seseorang, dia mencari Altair. Laki-laki yang duduk di atas motornya tengah berbincang dengan sahabatnya.
Tanpa pikir panjang, Launa menghampiri kedua orang itu. "Air, Gemintang," sapanya dengan ceria.
Laki-laki dengan hoodie berwarna hitam melirik Launa sinis. "Caper," cibirnya. Laki-laki itu bernama Gemintang Bimantara, panggilannya Gemintang. Laki-laki bermulut pedas tapi memiliki paras tak kalah dari Altair.
Altair menggelengkan kepalanya. "Pantes jomblo terus, mulut lo aja pedes banget," ucap Altair.
Gemintang memutar bola matanya malas. "Yang gue omongin fakta," ucapnya datar.
Memang laki-laki itu selalu berkata pedas kepada semua orang. Namun jika berhadapan dengan Launa, ia akan berkata lebih pedas. Cowok itu seperti lebih sensitif jika berhadapan dengan Launa.
Altair menghela napasnya. "Udah ayo balik," ucap Altair.
"Nih, cil." Altair menyodorkan helm kepada Launa. Gadis itu menerimanya. Hal itu membuat Gemintang menatapnya sinis.
"Kenapa, brother? Sirik lo?" tanya Altair yang melihat tatapan sinis dari Gemintang untuk Launa.
"Lo balik sama dia?"
Altair mengangguk sekilas. "Why?"
"Mau aja lo dijadiin babu, Al."
"Heh, mulut lo! Gue bukan babu dia. Tadi sekalian lewat. Dia berangkat bareng gue, artinya pulang juga sama gue," jelas Altair. "Gue juga nggak ngerasa keberatan buat jemput Una. Una itu udah kaya adek gue."
Adek, ya?–batin Launa. Ia hanya diam tanpa menanggapi kedua orang itu. Helm sudah terpasang cantik di kepalanya. Ia sudah ingin pulang sejak tadi.
"Goblok, lo itu dijadiin babu sama dia. Nganter makanlah, jemputlah, antar ke sanalah, segala macam pokoknya."
Launa menghela napasnya. Ia melepaskan helm yang sudah terpasang. "Una pulang sendiri aja, Air. Bener kata Gemintang, Una udah banyak ngerepotin," ucap Launa.
"Na, lo nggak ngerepotin. Ayo lo pulang bareng gue!"
Launa tak menjawab. Gadis itu berjalan menjauhi kedua orang itu.
Altair ingin mengejar Launa. Tapi Gemintang menahannya. Altair menatap sinis Gemintang. "Lo nggak mikir? Kalau ngomong dipikir dulu, Tang."
"Ucapan lo nggak ngotak sumpah," sambung Altair.
Gemintang berdecak. "Biarin! Biar dia sadar diri, Al," ucapan Gemintang yang cukup keras masih mampu didengar oleh Launa. Gadis itu langsung berlari kecil menuju gerbang.
Altair menghembuskan napasnya. "Lo keterlaluan kali ini, Tang." Altair menyalakan mesin motornya. Begitu juga dengan Gemintang.
"Gue duluan." Gemintang pun melajukan motornya. Sedetik kemudian Gemintang sudah meninggalkan Altair di parkiran.
Altair ingin melajukan motornya. Namun ada seseorang menghampirinya. "Alta," ucap gadis yang menghampirinya. Gadis yang satu kelas dengannya.
"Lau? Kenapa?" tanya Altair saat gadis bername tag Nafiza Laura Altara itu sampai dihadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE [END]
Teen FictionHellooo! ⚠️Jangan lupa tinggalkan jejak ⚠️ ⚠️ Follow akun author⚠️ ••••• "Salah kalau Una cuma minta perhatian kalian?" -Nazifa Launa Altala Kisah sederhana dari gadis sederhana. Gadis yang selalu ingin mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang...