BAB 14

866 65 8
                                    

Haii🐣

Yeay ze up lagi😁

Puasa hari ini gimana??

Vote dulu sebelum baca😉

Selamat membaca🦋

******

Bulan mulai beranjak kembali ke peraduannya. Perlahan tapi pasti, rembulan mulai menghilang. Sang mentari pun mulai menunjukkan sinarnya.

Rumah Launa terasa sepi. Hanya ada Launa yang ada di rumah. Chandra tadi pagi sudah berangkat untuk menemui Citra. Sedangkan Laura sudah pergi main.

Launa tengah merapikan kamarnya. Itu sudah menjadi kegiatan rutinnya setiap pagi. Hari ini Launa tidak berniat untuk pergi. Badannya masih terasa remuk.

Ponsel Launa berdering. Buru-buru gadis itu mengambil ponselnya. Ada sebuah panggilan video dari seseorang. Setelah membaca sekilas nama kontaknya, gadis itu langsung mengangkat sambungannya.

"Pagi, Na," sapa seseorang dari sana. Dia Altair, laki-laki itu masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Wajahnya sangat kentara bahwa ia baru bangun tidur.

Bola mata Launa menatap tajam Altair. "Bangun tidur itu mandi, Air. Bukannya malah nelepon Una," omel Launa.

"Mandi gampang! Gue nggak mandi juga tetep ganteng," ucap Altair.

"Pede banget," cibir Launa.

"Biarin!"

Launa berdecak kesal. "Ngapain video call?" tanya gadis itu.

"Gabut, Na."

Latina memutar bola matanya malas. "Mandi sana, Air jorok!"

"Nanti! Gue masih ganteng, nanti kalau mandi jadi tambah ganteng."

"Stress!" maki Launa.

"Gue nanti mau ke situ. Lo nggak apa-apa, kan?" tanya Altair khawatir. Sejak semalam ia mengkhawatirkan gadis itu.

Launa menggelengkan kepalanya. Ia berjalan menuju meja belajarnya. "Una gapapa, ini udah sehat kok," ucapnya. Gadis itu mengambil sebuah buku. "Ini Una mau belajar."

Kedua bola mata Altair menatap Launa datar. "Masih pagi loh! Udah sarapan?"

Launa menggelengkan kepalanya. "Bi Ana lagi cuti. Stok makanan habis."

"Okay, nanti gue bawain makanan."

"Jangan! Gak usah gapapa kok Air."

Altair berdecak, "gak usah protes!"

"Gak usah, Air," tolak Launa lembut. Gadis itu sungkan untuk meminta bantuan. Gadis itu selalu merasa merepotkan untuk orang-orang.

Altair menatap wajah Launa dari layar ponselnya. Ia tahu gadis itu memang tidak ingin dikasihani. "Gue nggak masalah, Na. Lo nggak ngerepotin kok."

"Air nggak ada jadwal latihan futsal?" tanya Launa untuk mengalihkan pembicaraan. "Bukannya dua Minggu lagi ada turnamen?"

Altair mengangguk setuju. "Latihannya nanti sore."

"Ya udah gue mau mandi. Bentar lagi gue otw rumah lo," ucap Altair dengan senyum manisnya. "Beneran nanti mau dibawain apa?"

Launa terdiam. Senyum manis Altair selalu bisa mengalihkan dunianya. Jantung selalu berdebar kencang kala Altair tersenyum manis untuknya. "Es krim sama pabriknya kalau boleh," ucap Launa bercanda.

"Yang ngotak kalau minta, Na," ucap Altair gemas. "Gue bukan Gemintang."

Tawa lepas Launa menggema. Gadis itu terlihat sangat manis. "Una bercanda Air."

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang