BAB 25

1.1K 83 49
                                    

Haii🐣

Ada yang nungguin gak??

VOTE dulu sebelum baca! Kalau yang gak vote, nanti malem diputusin sama ayangnya😊

Ramaikan komentar!

Yang silent readers, semoga harimu Senin terus!

Selamat membaca🦋

******

Mentari dengan malu-malu mulai menunjukkan sinarnya. Menyusup masuk ke dalam sebuah ruangan berwarna serba putih. Jam yang terpasang di tembok sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

Sang penghuni ruangan itu sudah duduk bersandar di atas brankar. Pandangannya mengedar menatap sekelilingnya. Hanya kegiatan itu yang dilakukannya sejak setengah jam yang lalu.

"Habis dari sini pasti kena pukul lagi," ucap gadis dengan wajah pucat. Raut wajahnya kentara ia sangat sedih dan takut. "Kenapa harus rawat inap? Una lemah banget, ya?"

Setetes air mata Launa lolos begitu saja. "Lemah! Padahal gini doang," ejek Launa pada dirinya sendiri. Gadis itu tersenyum miris. Kemudian menyeka air matanya dengan kasar.

Launa menoleh ke arah pintu kala mendengar suara derit pintu akibat fi buka oleh seorang. Karina masuk ke dalam ruang rawat Launa dengan membawa kantung plastik hitam yang entah berisi apa.

Launa masih setia menatap pintu yang sudah tertutup rapat. Gadis itu mengharapkan kehadiran seseorang. Berharap orang itu ikut datang dengan mengikuti Karina.

Pupus harapan Launa. Sepertinya orang itu memang tidak datang. Terbukti tidak ada yang masuk ke dalam kamar rawatnya.

Gadis itu menoleh ke arah Karina. Wanita itu tengah berdiri guna merapikan nakas yang berada di samping brankar. "Air gak ikut, ma?" tanya Launa lirih.

Gerakan wanita itu terhenti sebentar. Ia menghiraukan pertanyaan dari Launa. Tak berselang lama, Karina kembali ke aktivitasnya. Ia mengeluarkan dua porsi bubur dari kantung plastik hitam tadi.

"Air gak mau ketemu sama Una, ya? Air masih marah sama Una, ma?" tanya Launa lagi.

Karina menoleh. Kini wanita itu duduk di kursi samping brankar. "Dia udah berangkat ke sekolah."

"Masih marah sama Una?"

Karina menggelengkan kepalanya pelan. "Air gak marah. Nanti mama bujuk dia biar minta maaf sama kamu. Mama bakal paksa dia ke sini," ucap Karina dengan tenang.

"Jangan, ma. Nanti Air tambah marah sama Una. Nanti dia benci sama Una," ucap Launa lirih.

"Nggak. Percaya aja sama mama," ucap Karina meyakinkan Launa.

Launa tersenyum tipis. "Makasih udah percaya sama Una. Makasih untuk semuanya, ma," ucap Launa tulus. "Jangan ikut benci Launa, ma."

Karina tersenyum manis. Tatapan teduhnya mampu menghipnotis Launa, mampu menenangkan gadis itu. "Sama-sama, sayang. Mama selalu ada di pihak Una, jangan khawatir," ucap Karina.

"Una udah makan?" sambung Karina.

Launa menggelengkan kepalanya. "Belum lapar."

"Makan, ya. Mama suapin," ucap Karina.

"Nanti aja, ma."

Karina menghela napasnya. Ia mengalah. Ia tidak akan memaksa Launa si gadis keras kepala. "Ya udah mama makan dulu," ucap Karina seraya membawa wadah styrofoam yang berisi bubur menuju sofa.

"Ma, boleh main hape?" tanya Launa saat Karina berada di dekat nakas untuk mengambil botol air mineral.

"Boleh. Mau diambilin hape Una?" ucap Karina.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang