Haii gengss🐣
Minal Aidin Wal Faizin 🙏🏻
Apa kabar???
Vote dulu sebelum baca!
Ramaikan komentar🥰
Selamat membaca❤️
******
Di sebuah ruangan serba putih, Launa masih setia memejamkan matanya. Sejak kedatangannya di rumah sakit beberapa jam yang lalu, Launa masih belum sadarkan diri.
Tubuh Launa tertidur di brankar. Gadis itu sendiri di ruangan serba putih. Altair dan Karina tidak menemaninya.
Perlahan tapi pasti, Launa mulai membuka matanya. Matanya dipicingkan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentinanya. Kedua bola matanya mengedar ke sekelilingnya.
"Di RS, ya?" tanya Launa lirih pada dirinya sendiri. Senyum miris terbit di bibir Launa. Senyum yang menertawakan dirinya sendiri. "Lemah banget, Na!"
Tiba-tiba saja pintu ruangan berdecit akibat dibuka oleh seseorang. Launa menoleh sekilas ke arah pintu. Harapannya pupus kala melihat orang yang datang ke ruangannya.
"Launa sudah bangun?" tanya seorang perawat cantik dengan name tag 'Ariana'.
Launa tersenyum tipis. "Panggil Una aja," koreksi Launa. Ia sedikit kurang nyaman jika dipanggil Launa.
Riana tersenyum simpul. Ia membenarkan infuse yang digunakan Launa. "Saya periksa dulu, ya," ucap Riana meminta izin.
Launa mengangguk pelan. Riana pun mulai memeriksa denyut jantung, denyut nadi, bahkan sampai tensi darah Launa. Di sepanjang pemeriksaan, Launa lebih banyak diam. Ia akan mengeluarkan suaranya jika Riana memberikan pertanyaan.
Beberapa menit telah berselang. Launa pun telah selesai diperiksa. Riana merapikan kembali peralatan medisnya.
"Kamu bisa istirahat. Saya mau ambil obat dulu," ucap Riana. "Panggil saya kak Riana saja. Saya masih muda kok."
Launa tersenyum tipis. Ia pun menganggukkan kepalanya. "Kak, Una mau tanya," ucap Launa.
"Boleh. Mau tanya apa?"
Ada jeda beberapa saat sebelum Launa bertanya. "Mama Karin udah pulang?"
Riana tampak tengah berpikir. "Ibu-ibu yang sama Una? Yang anaknya ganteng?"
"Iya, udah pulang?"
Riana mengangguk tanpa beban. "Sudah pulang sekitar satu atau dua jam yang lalu."
"Makasih infonya, kak," ucap Launa.
Riana mengangguk. Ia pun segera keluar dari ruang rawat milik Launa. Meninggalkan gadis yang masih berada di atas brankar itu sendirian.
Launa menatap langit-langit ruang rawatnya. Air mata mulai mengalir dari sudut matanya. "Lemah, Na! Ayo sembuh, katanya mau jadi kesayangannya ayah sama bunda," monolog Launa kala ruangannya sudah benar-benar sepi. Tanpa ada kehadiran seorangpun, kecuali dirinya.
"Gagal hati itu penyakit sepele. Una bisa sembuh, kan semesta Una belum pulih dari hancurnya." Launa dengan keras menyemangati dirinya agar bisa sembuh dari penyakit gagal hati yang dideritanya.
"Una harus sembuh, kan?" tanya Launa pada dirinya sendiri. Ia sedikit ragu, pasalnya kedua orang tuanya sudah menyuruhnya pergi menemui Tuhan. "Pokoknya harus sembuh! Keinginan Una yang banyak, sama sekali belum dikabulkan semesta."
Launa mencengkram kuat perutnya yang terasa nyeri. "Kasih Una waktu sedikit lagi. Tahan sebentar lagi, Una mohon."
******
![](https://img.wattpad.com/cover/289438698-288-k379893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE [END]
Novela JuvenilHellooo! ⚠️Jangan lupa tinggalkan jejak ⚠️ ⚠️ Follow akun author⚠️ ••••• "Salah kalau Una cuma minta perhatian kalian?" -Nazifa Launa Altala Kisah sederhana dari gadis sederhana. Gadis yang selalu ingin mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang...