BAB 30

1.3K 118 45
                                    

Haii gengs🐣

I'm back! Ada yang nunggu gak??

Maaf ze ngilang dari kemarin✌🏻

VOTE dulu bestii!

Ramaikan komentar😉

Selamat membaca❤️

******

Awan-awan hitam masih setia menyelimuti langit pada pagi ini. Akibat hujan yang mengguyur kota satu jam yang lalu, beberapa genangan air tercetak di jalanan. Hawa dingin masih cukup menusuk permukaan kulit.

Launa mengeratkan cardigan peach andalannya. Gadis itu terus melangkah menyusuri koridor. Wajah pucat Launa terlihat jelas.

Gadis itu berbelok ke arah loker. Ia akan melaksanakan rutinitas paginya. Senyumnya mengembang kala menatap loker milik Altair.

Dibalas atau tidak, biarkan aku terus terjebak sendirian dalam jatuh cinta paling dalam.
Biarkan aku mencintaimu sampai habis masanya.
Sebab perihal hati, aku tidak bisa memilih dimana tempat untuk menetap.

Selamat bahagia, Altair.
-your admirer

Launa menatap sendu stick note yang telah tertempel di pintu loker Altair. Gadis itu pun beranjak pergi dengan terburu-buru.

Tanpa disadari, ada sepasang mata yang mengamati gerak-gerik gadis itu. Ia mengamati punggung Launa yang mulai menghilang di kejauhan. Tatapannya sulit diartikan.

"Ta, lihat itu! Semesta mengirim dia untuk mencintai lo dengan sungguh. Memberikan semua rasanya hanya untuk lo," gumam orang itu lirih. "Tapi lo gak sadar. Cinta setulus itu gak pantes buat lo, Ta."

"Semesta izinkan gue buat jaga dia. Tuhan, ayo buat dia bahagia."

Laki-laki dengan jaket hitam itu tersenyum simpul. "Bukan dia lagi, Tuhan," adunya. "Tapi Nazifa Launa Altala pemerannya."

Orang itu pun segera beranjak pergi. Buru-buru ia kembali mengikuti Launa, menguntit gadis itu. Sepertinya kegiatan menguntit akan menjadi aktivitas beberapa waktu ke depan.

******

Hari ini kelas Launa ada jam pelajaran olahraga. Karena cuaca sudah cerah kembali, mereka pun sudah bergegas menuju ke lapangan. Kini kelas pun sudah sepi.

Namun Launa masih setia berada di dalam kelas. Gadis itu menaruh kepalanya pada tumpukan lengannya di atas meja. Sejak tadi ia memilih tidur untuk meminimalisir rasa nyeri di kepalanya.

Launa mengangkat kepalanya. Ia mencengkram perutnya yang tiba-tiba terasa nyeri. Lalu menggeledah isi tasnya.

"Oh iya obatnya Una udah habis," lirih Launa. Gadis itu menggigit bibir bawahnya untuk menahan ringisannya.

Gadis itu bangkit dari duduknya. Dengan terburu-buru ia keluar dari kelas itu. Perutnya terasa bergejolak. Ia ingin mengeluarkan semua isi dalam perutnya.

Gadis itu berlarian di koridor. Ia mengabaikan rasa nyeri yang melanda dengan hebat. Tanpa disengaja, Launa menabrak Gemintang di koridor yang sepi.

"Sorry," ucap Launa singkat. Gadis itu langsung pergi dari hadapan Gemintang.

Gemintang mengerutkan keningnya. Bola matanya masih menyorot punggung Launa yang mulai menghilang dimakan jarak. Rasa khawatir melanda Gemintang. Tadi ia tak sengaja melihat wajah pucat dari gadis itu.

Tanpa pikir panjang lagi, Gemintang pun segera mengikuti gadis itu. Melangkahkan kakinya mengikuti gadis itu dengan diam-diam.

Setelah melihat keadaan Launa hari ini, Gemintang percaya ucapan Launa tempo hari. Dan ia pun bertekad untuk menjaga gadis itu.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang