Haiii🐣
Apa kabarnya??? Semoga baik yaa!
Siapa yang kangen cerita inii?? Siapa yang belum move on☝🏻
Haha sebenarnya zee kangen sama cerita inii🤧🤧 Sama orang di dalam cerita ini juga kangen, ehh curhat😅
Ayo jangan lupa vote dan comment!
Selamat membaca🦋
******
Suara jam dinding terus berdetak memenuhi seisi ruangan rawat yang sunyi. Pandangan sendu menerawang jauh pada jendela yang terkena rintik-rintik hujan. Sunyi, sepi, dan hening menemani gadis berwajah pucat. Jiwanya berada di tempat, namun pikirannya sedang berkelana.
"Dari berbagai aspek Una banyak kurangnya."
Riuh, begitu banyak hal yang mengisi kepala gadis itu. Pikirannya berperang satu dengan yang lainnya.
Kilas balik beberapa peristiwa terputar di otaknya bagaikan melodi. Yang lama-kelamaan membuat dadanya seakan terasa sesak. Kini melodi itu seakan hilang dengan perlahan.
"Ternyata sekarang kita sejauh itu, ya?" gumam gadis itu pelan.
Launa–sapa gadis itu–menyeka air matanya yang tiba-tiba saja membasahi pipi tirusnya. "Perasaan Una yang bikin rumit semuanya. Pada kenyataannya, sampai saat ini Una belum mampu untuk menghapus semua tentang Air."
"Maaf untuk rasa ini, maaf untuk segala hal. Segalanya masih tentangmu, karena kamu pemenangnya."
Layar lock screen ponsel Launa menyala. Itu adalah foto dari polaroid Launa dan Altair beberapa tahun lalu. Foto itu diambil saat Launa menemani Altair match futsal mewakili sekolah mereka. Launa memakai seragam sekolah dan Altair memakai jersey futsal berwarna biru, foto itu diambil beberapa tahun lalu.
"Air, maaf jika aku gagal lagi. Maaf aku gagal untuk tidak jatuh cinta padamu. Maaf aku gagal untuk tidak merindukan sosokmu," ucap Launa.
Kisah persahabatan itu kini sudah usai, mereka kalah oleh rasa yang sejak awal seharusnya juga tidak boleh ada. Launa dan Altair hanya tinggal kenangan. Mereka perlahan hilang.
Altair sudah bahagia dengan Laura, kembaran Launa. Sedangkan Launa, gadis itu terjebak dalam kenangan. Gadis itu bergulat dengan perasaannya sendiri.
"Air, sekarang 'kita' sudah hilang. Karena hanya Una yang tinggal. Air ada, namun sudah lama pergi."
Gadis itu kembali menyeka air matanya. "Maaf, untuk segala rasaku yang mengganggumu."
"Una benar-benar rindu, Air."
Pada dasarnya, kisah mereka belum pernah dimulai. Namun semesta dengan tega menyuruh mereka untuk usai.
******
Beberapa tahun kemudian.
Hari ini adalah agenda rutin Altair setiap sebulan sekali, yaitu menghampiri makam sahabatnya. Setelah dari makam sahabatnya, Altair berdiri di salah satu makam yang terlihat seperti tak terurus. Laki-laki itu jongkok di samping makam itu.
"Mereka gak pernah jenguk lo, Na?" tanya Altair dengan tatapan miris. "Maaf gue belum bisa bawa mereka ke sini."
Tangan Altair tergerak membersihkan makam itu. Tak lama makam itu sudah rapi. Altair menaburkan bunga yang tadi dibawa olehnya. Tak lupa juga dengan bouquet bunga favourite gadis itu semasa hidupnya.
"Kalo gue kangen lo boleh, kan?" tanya Altair lirih.
Laki-laki dengan kemeja hitam menatap lurus pada gundukan tanah yang sudah tertabur bunga. Air matanya selalu saja tak terbendung setiap kali ke tempat ini.
"Maaf untuk segala hal yang menyakitimu," gumam Altair pelan.
Tangan laki-laki itu mengusap papan nisan itu pelan. "Bahagia di sana ya, cantik."
"Sebentar lagi harusnya kita wisuda bareng, Na," keluh Altair. "Bokap lo juga bentar lagi bebas."
"Nyokap lo punya banyak cafe dan Laura mau lanjut S2. Keren banget, kan?"
Laki-laki itu menundukkan kepalanya, "banyak hal yang pengen gue ceritain."
Sekitar sepuluh menit Altair hanya terdiam. Keheningan mengambil alih. "Ma, maaf gue banyak nyakitin lo. Ini karma buat gue ya, Na?" tanya Altair lirih. "Seribu maaf dari gue pun kayanya nggak pantes buat bales semuanya yang buat Una sakit, ya?"
"Teruntuk Launa, terima kasih sudah mencintai seorang Altair dengan rasa yang paling tulus. Maaf turut serta dalam segala rasa sakitmu," ucap Altair dengan pelan.
Altair mengecup pelan nisan itu. "Tidur yang damai, cantik. Sekarang udah nggak sakit lagi."
Langkah Altair membawanya menjauh dari makam Launa. Gadis itu sudah tidak sakit lagi. Perjalanannya sudah usai, tidurnya sudah damai.
Pada akhir mereka tidak saling memiliki. Mereka kehilangan satu sama lainnya. Pada akhirnya Tuhan lebih sayang dengan salah satu dari mereka. Pulang Launa bukan lagi ke bangunan yang sering di sebut rumah. Namun pulang ke yang lebih dari sekedar pulang.
Kita sudah hilang, hanya ada kenangan bagi yang tinggal.
******
Haloooo
Gimana bab inii??
Jangan lupa Vote dan komen cerita iniii❤️
Ajakin temennya juga bolehh
See u in another story💕
Jawa Barat, 01 November 2024
tlaveni__
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE [END]
Novela JuvenilHellooo! ⚠️Jangan lupa tinggalkan jejak ⚠️ ⚠️ Follow akun author⚠️ ••••• "Salah kalau Una cuma minta perhatian kalian?" -Nazifa Launa Altala Kisah sederhana dari gadis sederhana. Gadis yang selalu ingin mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang...