BAB 34

1.3K 114 28
                                    

Haii gengs🐣

Kira-kira ada yang baca gak kalau ze up jam segini??

Yang nanya kapan Una bahagia sabar dulu yaa, belum waktunya bahagia Una datang.

Baca bab ini enjoy aja, soalnya ini bab manis menurut ze. Gak ada penyiksaan kok🤗

Ingat, jangan panggil thor!

Okeyy VOTE dulu sebelum baca!

Ramaikan komentar🥰

Selamat membaca🦋

******

Di sebuah ruangan serba putih, lagu 'Surat Cinta Untuk Starla' mengalun memenuhi penjuru ruangan. Jam yang terpasang di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Namun Launa masih terjaga, belum mengantuk katanya.

Launa menatap nanar selang infus yang terpasang di tangannya. Ini hari keduanya menempati penjara itu. Seperti malam sebelumnya, Launa kembali ditemani oleh Gemintang.

Launa sudah memaksa Gemintang untuk pulang saja. Namun laki-laki itu bersikeras untuk menjaganya. Padahal guratan lelah terpatri dengan jelas di wajah laki-laki itu.

Sedangkan wanita yang kerap disapa Mama Karin oleh Launa, sudah kembali ke rumahnya. Sangat tidak memungkinkan wanita itu menjaga Launa saat malam hari. Hal itu pasti akan menimbulkan kecurigaan untuk Altair.

Launa menghela napasnya. Ia menatap Gemintang masih fokus membaca bukunya. Sudah hampir satu setengah jam laki-laki itu berkutat pada buku-bukunya. Kata Gemintang besok ada ulangan harian di kelasnya.

"Gemintang pulang aja, belajar di rumah terus istirahat," ucap Launa. Laki-laki itu tak menyahuti ucapan Launa.

Tak berselang lama, laki-laki itu menutup bukunya. "Kalo gue balik, lo sama siapa? Sendirian?" ucap Gemintang retoris.

Launa terkekeh, "Una gapapa kok sendirian."

Gemintang mengangguk pelan. Laki-laki itu merapikan buku-bukunya. Lalu memasukkan ke dalam tas hitam miliknya.

Sedangkan Launa kembali diam. Ia memejamkan matanya, menikmati lagu yang mengalun dengan indah. Gadis itu menghayati makna lagunya.

"Una setel musik gini gapapa, kan? Gemintang gak keganggu belajarnya?" tanya Launa.

"Nggak, gue juga biasanya kalau belajar sambil setel musik," ucap Gemintang. Kini ia duduk di kursi samping brankar.

Keduanya kembali diam. Tak ada percakapan yang mengalir di antara keduanya. Kedua orang itu tengah berperang dengan pikirannya masing-masing.

"Na," panggil Gemintang.

Launa menolehkan kepalanya. "Iyaa! Ada apa, Tang?" ucap Launa. "Bisa bantu Una duduk?"

Gemintang mengangguk. Dengan sigap ia membantu Launa duduk. Ia membenarkan bantalnya agar Launa nyaman untuk bersandar.

"Gue nyanyiin lagu 'Surat Cinta Untuk Starla', mau? Gue gitaran," ucap Gemintang.

"Emang bawa gitar ke sini?" tanya Launa.

Gemintang mengangguk antusias. Ia pun berjalan mengambil gitar yang bersandar di atas sofa. "Mau, kan?"

"Mau mau," ucap Launa. Gadis itu terlihat antusias. Binar di matanya sangat kentara. "Tapi....."

Dahi Gemintang berkerut, "tapi apaan?"

"Di rooftop aja, Una pengen liat bintang," ucap Launa seraya menunjukkan puppy eyes.

Tangan Launa menyatu di depan dadanya. "Please boleh yaaaa," bujuknya.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang