Haii gengs🐣
Apa kabar?? Semoga baik yaaa🤗
Jangan lupa VOTE sebelum baca!
Selamat membaca🦋
******
Dengan cardigan berwarna peach yang melekat pada tubuh, seorang gadis menyusuri koridor sekolah. Pagi ini suhu masih terasa dingin. Hawa dingin sisa hujan lebat semalam masih terasa menusuk kulit.
Gadis itu melangkah menuju loker. Hal itu selalu menjadi kebiasaannya setiap pagi jika ia tak berangkat dengan laki-laki itu.
Sampai di loker 172, gadis itu menatap sekilas loker itu. Kemudian ia mengeluarkan stick note yang entah berisi kalimat apa.
Setelah menempelkan pada pintu loker itu, gadis itu berlalu. Gadis dengan rambut yang diikat ponytail itu berjalan menuju taman belakang sekolah. Namun ia mengurungkan niatnya, ponsel gadis itu berdering.
Ada panggilan masuk dari seseorang. Gadis itu membaca sekilas nama kontaknya. Lalu tanpa pikir panjang, gadis itu menerima panggilannya.
"Pagi, Air," sapa lembut dari gadis itu. Ia melanjutkan perjalannya sembari bertelepon.
"Una dimana? Di kelas Una sepi," ucap laki-laki dari seberang sana. Laki-laki itu adalah Altair.
"Di taman. Air di kelas Una?"
Altair berdehem, "gue susul ke situ ya."
"Nggak usah, ini lagi jalan mau ke kelas. Air tunggu aja," ucap Launa. Gadis itu mempercepat langkahnya.
"Ya udah cepet ke sini. Gue sendirian," ucap Altair.
"Iyaa!" Setelah Launa mengatakan itu, Altair langsung memutus sambungannya secara sepihak. Hal itu membuat Launa mempercepat langkahnya. Gadis itu tak ingin membuat Altair menunggu lama.
Tak berselang lama, Launa sampai di depan kelasnya. Untung saja koridor sepi, itu membuatnya leluasa untuk berlari. Buru-buru ia masuk ke dalam ke kelasnya.
Launa langsung menghampiri Altair yang berada di bangkunya. Di pojok ruangan itu, Altair tengah sibuk memainkan ponselnya.
Launa menaruh tasnya di atas meja. Ia mendudukkan dirinya di kursi kosong samping Altair. Laki-laki itu menoleh.
"Dari mana, sih?" sungut Altair.
Launa tersenyum tipis, "Air udah lama di sini?"
"Lumayan," jawab Altair jutek.
"Air tumben berangkat pagi, kenapa coba?"
"Hm, sengaja. Tadinya jemput lo, tapi kata bi Ana lo udah berangkat."
Launa menganggukkan kepalanya. "Una memang berangkat pagi, soalnya Una kira Air nggak jemput," jelas Launa.
Altair berdecak kesal. "Gue udah kabarin lo, Na. Ponsel makanya dipake, jangan buat pajangan doang."
"Emang Air ada ngabarin Una?" tanya Launa heran.
"Na, buang aja ponsel lo. Gak guna banget!" ucap Altair kesal.
Launa mengerucut bibirnya. "Udahlah sana pergi aja. Nggak ada urusan sama Una, kan?"
Altair menghela nafas. Laki-laki itu mengalah. "Udah sarapan belum?" tanya laki-laki itu melembut.
Launa menggelengkan kepalanya. "Tadi nggak sempet makan, soalnya takut ketinggalan bus," ucap Launa.
Altair mengeluarkan kotak bekal makanan berwarna pink dari laci. Ia menyodorkannya kepada Launa dengan sebotol air mineral. "Dari mama."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE [END]
Novela JuvenilHellooo! ⚠️Jangan lupa tinggalkan jejak ⚠️ ⚠️ Follow akun author⚠️ ••••• "Salah kalau Una cuma minta perhatian kalian?" -Nazifa Launa Altala Kisah sederhana dari gadis sederhana. Gadis yang selalu ingin mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang...