BAB 50

1K 125 22
                                    

Halooo gengs🐣

Akhirnya bisa up, ada yang masih inget cerita ini ga sii?😭😭

Sekarang ze sibuk kerjaa, jadi susah mau up🥺

Vote yaaa👐🏻

Komen yang banyak biar ze semangat ngetiknyaaaa

Selamat membaca💗

******

Di sebuah ruangan serba putih yang dipenuhi dengan peralatan medis, ada dua insan yang tengah dilanda keheningan. Keduanya sama-sama bungkam, enggan untuk bersuara.

"Una besok pulang," ucap gadis dengan rambut pendek. Gadis itu terduduk di atas brankar rumah sakit.

Matanya berbinar menatap laki-laki yang tengah duduk di samping brankar. Tawanya terdengar sangat manis.

Gemintang terdiam cukup lama. Otaknya mencerna ucapan Launa dengan baik. Rasanya ada yang aneh dengan ucapan Launa, seperti ada makna lain.

Kemudian laki-laki itu berdecak. "Gak ada pulang-pulang! Orang lo masih drop. Dari kemarin mau kemo gagal mulu," omel Gemintang.

"Una besok pulang, bosen di sini mulu," ucap Launa.

Helaan napas Gemintang terdengar. "Mau kemana? Rooftop atau taman?"

Launa hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Senyuman manis Launa masih senantiasa menghiasi wajahnya.

"Una tidur dulu boleh?" tanya gadis itu dengan lembut.

"Boleh." Gemintang menjawab tanpa berpikir lagi.

"Nanti kalo udah jam 7, tolong bangunin Una. Soalnya pengen ke rooftop, pengen liatin langit," ucap gadis itu lagi. "Takutnya besok waktunya udah habis."

Gemintang terkekeh. "Iya nanti gue bangunin. Tidur aja yang nyenyak."

Launa pun mulai merebahkan tubuhnya di atas brankar rumah sakit. Dengan tangan yang masih terpasang selang infus, Launa pun memejamkan matanya.

Netra Gemintang tak lepas menatap wajah Launa. Dengan intens ia menatap gadis yang terpejam dengan damai itu. "Cantik," ucap Gemintang pelan tanpa sadar.

"Kalau pergi jangan jauh-jauh, Na. Gue takut." Tatapan sendu Gemintang menyorot Launa.

******

Di atas atas rooftop rumah sakit, langit malam ini terlihat cerah. Malam ini banyak bintang-bintang yang muncul.

Angin berhembus dengan pelan. Namun dinginnya mampu menusuk kulit.

Seorang gadis berdiri dengan berpegang di pembatas besi rooftop. Membiarkan rambutnya diterbangkan oleh angin.

Seraya menunggu kehadiran seseorang, Launa menatap hamparan langit yang bertaburan. "Boleh gak sih sekali aja peluk bunda? Una pengen peluk bunda."

Mata Launa terpaku menatap langit. "Gimana ya rasanya jadi Lau? Selalu disayang bunda sama ayah. Selalu jadi kebanggaan orang-orang."

"Besok operasi, bunda mau temenin Una gak ya?" ucap Launa. Lalu ia terkekeh pelan. "Gak mungkin mau, sih."

Launa kembali terdiam. Matanya menjelajah seisi langit. Tiba-tiba saja ada sebuah jaket yang tersampir di bahunya. Launa menoleh ke arah samping.

"Air," ucap Launa lirih setelah melihat ada Altair yang berdiri di sampingnya.

Launa langsung memalingkan wajahnya kala melihat Altair melempar senyum padanya. "Kirain gak bakal datang."

"Mau ngomong apa?" tanya Altair to the point. Laki-laki itu berdiri di dekat besi pembatas rooftop.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang