BAB 42

1.4K 125 56
                                    

Haii🐣

Ze berubah pikiran deh, langsung ze up aja takut lupa soalnya. Mana di sini mau hujan😭

VOTE dulu sebelum baca!

Ramaikan komentar!

Selamat membaca🦋

******

Gemintang tersenyum licik. "Bu, videonya juga sudah saya sebar ke grup angkatan."

Bukti apaan coba, orang semuanya udah diamanin sama Liora,–batin Laura senang. Laura tertawa puas dalam hatinya. Ia pun membuka video yang sudah dikirimkan oleh Gemintang.

Tubuh Laura kaku seketika setelah melihat sebuah video dari ponselnya. Mata membulat sempurna. Seketika saja ponselnya bergetar. Ramai sekali notifikasi yang masuk. Berbagai hujatan mulai memenuhi notifikasi ponselnya.

Laura menggelengkan kepalanya. Lalu melampar ponselnya asal. "Bukan gue, bukan gue pelakunya," elak Laura.

Sedangkan Chandra dan Citra masih terkejut setelah melihat video rekaman itu. Mereka tidak percaya bahwa Laura melakukan hal itu.

"Itu pasti bukan anak saya, putri saya tidak mungkin melakukan hal seperti itu," ucap Chandra tidak terima.

Citra mengangguk menyetujui. "Lau itu anak baik."

Bu Wati bingung. Ia tidak percaya anak emas SMA Cahaya dapat melakukan hal sejahat itu pada kembarannya sendiri. Namun di satu sisi ia yakin video itu asli.

"Lau bilang ke gue kalau itu semua bohong," sentak Altair.

Senyum miring Launa ditujukan untuk Laura. Kembarannya itu terlihat sangat menyedihkan. Dengan tenang ia mendekati Laura.

Launa menatap remeh pada Chandra dan Citra. Dalam hatinya tersenyum puas. "Sesuai perjanjian ya bapak Chandra yang terhormat," ucap Launa angkuh.

"Laura, ayo sujud di kaki gue!" titah Launa seraya menarik Laura.

"Itu bukan gue, itu editan!" Laura tetap tak mau mengakui kesalahannya. Ia terus saja mengelak.

Bu Wati menahan Launa. "Tenang, Na. Dia masih saudaramu."

"Keluarga saya sudah mati," sahut Launa dingin.

Entah keberanian dari mana, Launa menarik Laura keluar dari ruangan itu. Ia membawa adik kembarnya itu menuju lapangan sekolah.

Di tengah lapangan, Launa mendorong Laura dengan kuat. Sehingga membuat Laura jatuh terduduk di atas lapangan.

Karena masih jam istirahat, banyak siswa-siswi yang berdatangan. Mereka penasaran. Dengan berbondong-bondong mereka memenuhi lapangan.

Banyak cibiran-cibiran pedas dari siswa-siswi untuk Laura. Mereka menatap Laura dengan jijik seakan-akan gadis itu adalah kotoran. Selama ini yang mereka agung-agungkan adalah orang yang salah.

Tatapan tajam menghunus dari Launa. Emosi gadis itu menggebu-gebu. Berulangkali tertahan emosinya membuat Launa meledak-ledak.

"Gue salah apa sama lo?!" tanya Launa dengan nada tinggi. "Kurang baik apa gue sama lo?"

"Kenapa lo jahat banget sama gue, Ra?" Launa menatap sinis Laura.

Altair ingin menghentikan Launa. Namun ditahan oleh Gemintang. Sedangkan Bu Wati, Chandra, dan Citra hanya diam termenung.

"Kalau bisa milih, gue gak akan mau jadi kembaran lo! Gue benci lo," ucap Launa.

Laura menundukkan kepalanya. Segala caci maki diterimanya. Sama sekali ia tak bisa berkutik. Nama baiknya sudah tercoreng dengan waktu sekejap mata.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang