BAB 5

1.2K 91 3
                                    

Hai!

Jangan lupa vote sebelum baca!

Selamat membaca🦋

******

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kelas XII IPS 2 mulai sepi. Satu per satu murid mulai beranjak pulang.

Launa masih belum beranjak dari duduknya. Gadis itu masih sibuk menulis catatan.

Sepuluh menit berselang, Launa pun telah menyelesaikan catatannya. Gadis itu langsung merapikan peralatan tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas miliknya.

Launa menyampirkan tasnya di bahu kanannya. Ia pun berjalan untuk keluar kelas. Namun tiba-tiba dua orang siswi dengan pakaian ketat menghadang Launa. Kedua orang itu adalah teman sekelas Launa. Mereka juga orang yang paling sering membully Launa.

"Mau kemana lo?" tanya gadis berambut cokelat ikal, namanya Dista.

"Gantiin kita piket," ucap gadis satunya yang berdandan menor. Nama gadis itu adalah Amel.

Launa tak menanggapinya. Ia mencoba menyingkirkan kedua orang itu yang menghalanginya. Namun tangannya di cekal oleh Dista.

Mau tak mau Launa pun membalikkan badannya. "Mau kalian apa?"

Dista tersenyum miring. "Gantiin kita piket! Lo budeg?!"

"Nggak! Una nggak mau. Kan, itu tugas kalian."

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Launa. Dista mencengkram erat lengan Launa. "Lo ngebantah perintah gue?!"

"Sok banget lo! Mentang-mentang bisa temenan sama Altair, jadi lo nolak perintah Dista," ucap Amel.

Dista tersenyum sinis. "Cewek cupu kaya dia harus dikasih pelajaran," ucap Dista menusuk seraya menjambak rambut Launa.

Tanpa aba-aba, Dista dan Amel langsung menyeret tubuh mungil Launa. Mereka keluar dari kelas XII IPS 2.

Namun langkah kedua orang itu terhenti. Mereka terkejut akibat melihat Altair berada di depan kelas XII IPS 2. "Alta," ucap Dista menegang.

Wajah Altair datar dengan tatapan tajamnya yang mengarah pada Dista dan Amel. Altair menarik Launa untuk berada di sisinya. Altair menelisik tubuh Launa. Ada bekas merah di pipi Launa, bahkan lengan Launa juga memerah.

"Lo diapain mereka?" tanya Altair. Tangan Altair merapikan rambut Launa yang berantakan.

Launa menggelengkan kepalanya. "Ayo pulang," ucap Launa lirih. Launa sudah bergetar untuk memegang tangan Altair.

"Lo diapain mereka? Bilang sama gue, biar gue yang bales!" bentak Altair.

Launa tersentak. Kemudian ia memilih untuk pergi meninggalkan ketiga orang itu. Launa berlari menyusuri koridor.

Altair berdecak kesal. Matanya menatap tajam Dista dan Amel. "Lo apain Una? Nyakitin Una artinya kalian berurusan sama gue!"

"Sekali lagi lo bully Una, gue bakal depak lo keluar dari Cahaya!" Altair pun langsung meninggalkan kedua orang itu. Altair berlari untuk mengejar Launa.

Pada akhirnya Altair berhasil menghentikan Launa. Laki-laki itu berhasil menghadang Launa. "Sorry, gue tadi bentak lo."

"Gue nggak bermaksud, Na."

Launa tersenyum tipis, "iya gapapa. Una nggak mau memperpanjang masalah, Una nggak mau bahas itu lagi."

"Ya udah ayo pulang," ajak Altair.

"Una pulang sendiri aja."

Altair menghela nafas. "Pulang sama gue. Jangan protes!"

Anggukan pasrah dari Launa mampu membuat Altair tersenyum tipis. Altair pun menggandeng tangan Launa untuk menuju parkiran.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang