BAB 20

1K 80 10
                                    

Haii gengs🐣

Gimana kabarnya??

Ada yang nunggu cerita ini?

VOTE dulu sebelum baca!

Kalau ramai besok up😁

Selamat membaca🦋

******

Seminggu telah berselang. Hari berlalu cukup cepat. Hari Senin kembali. Hari yang cukup menyebalkan untuk sebagian orang. Hari yang sangat ingin dihindari bagi para pelajar.

Hari Senin, langit cerah, dan upacara adalah perpaduan yang sangat epic. Jika pembina upacara memberikan amanat yang panjang, maka banyak siswa-siswi yang menggerutu kesal.

Di lapangan SMA Cahaya, semua siswa-siswi bersorak gembira. Sebab pemimpin upacara baru saja membubarkan upacara. Para siswa-siswi pun segera berhamburan untuk meninggalkan lapangan utama Cahaya.

Seorang gadis menghampiri Altair dan Gemintang yang akan berjalan keluar dari lapangan. Dengan senyum manisnya yang mampu memikat para kaum Adam.

"Hai Ta, hai Tang," sapa gadis yang tak lain adalah Laura.

Gemintang hanya membalasnya dengan senyum tipis. Laki-laki sepertinya sudah enggan untuk mengeluarkan energinya.

"Hai Lau," sapa Altair balik. "Ada apa?"

"Kantin yuk, gue laper. Sekalian bahas yang kemaren," ucap Laura.

Altair mengangguk. "Ayo," ucap Altair seraya menggandeng tangan Laura.

Dahi Gemintang berkerut. "Gak jadi ke UKS?"

"Nanti aja, lagian dia kayanya udah baikan," ucap Altair seraya menarik tangan Laura dengan lembut.

Kedua orang itu telah meninggal Gemintang. Laki-laki itu masih berada di lapangan.

Tanpa pikir panjang, Gemintang pun segera menuju UKS. Dengan buru-buru ia melangkahkan kakinya. Ia harus sampai di sana dengan cepat.

******

Di sebuah ruangan dengan cat serba berwarna putih, Launa terbaring lemah di atas brankar. Sekitar satu jam kurang gadis itu berada di sana. Gadis itu pingsan saat upacara tadi.

Sekitar lima belas menit yang lalu, Launa sudah membuka matanya. Ia berada di ruangan itu sendiri. Petugas PMR yang berjaga pun sedang pergi.

Ketika bunyi pintu dibuka, Launa langsung menoleh. Gemintang masuk ke dalam ruangan itu. Tak lupa pintunya pun ditutup kembali.

Gemintang menghampiri Launa dengan tangan kanan yang membawa kantung plastik hitam yang entah berisi apa. Laki-laki kemudian duduk di kursi yang berada di samping brankar.

"Udah bangun, Na?" tanya Gemintang.

Launa tak menjawab. Mata gadis itu masih setia menatap pintu yang telah tertutup rapat. Ia masih berharap ada seseorang yang datang.

"Nyari Alta?"

Launa langsung menoleh ke arah Gemintang. Kemudian ia mengangguk pelan. "Dia nggak ke sini?"

Ada rasa iba dalam sorot mata Gemintang. Laki-laki itu menghela napasnya sebentar. "Alta mulu lo, Na."

"Lagi sibuk, ya?"

Gemintang diam sebentar. "Nanti ke sini. Tadi masih ngerjain tugas," ucap Gemintang bohong. Gemintang tidak tega berkata yang sebenarnya. Gadis di hadapannya itu sangat mengharapkan kehadiran Altair.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang