BAB 10

1.1K 83 9
                                    

Haii gengsss🤗

Siapa yang nunggu cerita ini up? Ayo angkat kakinya🤭

Sebelum baca vote dulu!

Tandai typo😊

Selamat membaca🦋

******

Altair mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang. Jalanan yang masih licin membuatnya harus berhati-hati dalam berkendara. Hujan deras pada pukul dini masih menyisakan sisa-sisa hawa dingin.

Altair membawanya motornya menuju rumah Launa. Pagi ini ia berniat untuk berangkat bersama Launa.

Laki-laki berjaket hitam mematikan motornya kala sampai di depan gerbang rumah Launa. Laki-laki itu membuka helmnya.

Pandangan Altair jatuh pada gadis yang tengah menutup pintu gerbang. Gadis itu menghampiri Altair. Senyum manisnya terus mengembang. Ia menenteng sebuah paper bag.

"Pagi, Air," sapa gadis dengan rambut yang diikat ala ponytail.

Altair tersenyum gemas. "Pagi, Cil."

Launa berdecak kesal. Ia tidak suka dipanggil bocil oleh Altair. "Una bukan bocil," sungutnya.

"Iyaa, nggak!" ucap Altair. Mata Altair menyorot pada paper bag yang di bawa Launa. "Apaan itu, Cil?"

"Ini sweater Air, yang waktu itu Una pake," ucap Launa. "Itu ada bekal juga buat Air."

Altair menerima paper bag pemberian Launa. "Thank you, bestii," ucapnya.

"Sama-sama, Air," balas Launa.

"Udah sarapan?"

Launa menggelengkan kepalanya. "Una bawa bekal."

"Ayo berangkat, hari ini Una piket," sambung gadis itu.

Altair menatap Launa dari atas hingga ke bawah. "Nggak pakai jaket? Jam segini masih dingin."

Launa menepuk dahinya. "Air tunggu bentar, Una ambil cardigan dulu," ucapnya. Gadis itu terburu-buru untuk masuk ke dalam rumahnya.

Selang beberapa saat, Launa kini sudah berada dihadapan Altair. Gadis itu memakai cardigan berwarna soft pink. "Ayo, Air. Una udah siap!"

Altair mengangguk menyetujui. Laki-laki itu memberikan helm pada Launa. Tak lupa ia pun kembali memakai helmnya.

Launa sudah naik ke atas motor. Altair pun melajukan motornya. Motor sport berwarna hitam itu sudah melesat meninggalkan area perumahan Launa.

******

Membutuhkan waktu setengah jam untuk membersihkan ruang kelas. Launa sudah dibantu oleh Altair. Laki-laki itu bersikukuh untuk membantu gadis itu.

Kini kelas XII IPS 2 sudah bersih. Sekolah masih cukup sepi. Sebab ini masih lumayan pagi. Launa dan Altair kini hanya duduk-duduk di meja Launa.

"Na, kenapa lo duduk di belakang gini, sih?" tanya Altair penasaran. Laki-laki itu heran mengapa Launa duduk di barisan belakang. Sendirian pula.

Launa menatap wajah Altair. Laki-laki itu selalu mampu jadi pusat perhatiannya. "Gapapa, Air," jawabnya. Gadis itu tak memiliki alibi.

Altair menghela nafas. "Semalem habis keluar?"

"Una semalem cuma ke minimarket," ucap gadis itu jujur.

"Sendirian? Kenapa nggak bilang sama gue?"

Launa terdiam sebentar. "Una bisa sendiri. Una nggak mau ngerepotin Air terus."

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang