BAB 52

576 69 7
                                    

Haii gengs🐣

Up lagiiii💗

Apa kabar?

Vote dan komen yaaa!

Selamat membaca🦋

******

Ditemani lampu yang remang-remang, Gemintang duduk dengan cemas di atas ranjangnya. Tangannya mengacak rambutnya frustasi. Netranya menyorot ke arah koper yang berada di pojok kamarnya.

Pikiran Gemintang sangat buntu. Ia sangat kacau malam ini. "Besok gimana? Una gimana, Tuhan?" lirih Gemintang frustasi. "Semesta, candaannya gak lucu!"

"Kalau gue pergi Una gimana? Siapa yang bakal jagain dia?"

Gemintang melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Tangan Gemintang pun meraih ponsel yang berada di atas nakas.

Berulang kali ia mendial nomor seseorang. Dengan harapan cemas Gemintang berharap agar teleponnya tersambung dengan seseorang di seberang sana. Namun sial, tak ada jawaban sama sekali.

"Na, ayo angkat dong," ucap Gemintang penuh harap. Namun ternyata tak juga diangkat oleh gadis itu. "Udah tidur, ya?"

Gemintang menghembuskan napasnya kasar. Kemudian ia mendial nomor yang berbeda. "Lo dimana, Ta?" tanya Gemintang saat sudah tersambung.

"RS, kenapa?" jawab seorang laki-laki dari seberang sana yang tak lain adalah Altair.

"Bisa ketemu? Ada yang mau gue bicarain."

"Gak, gue sibuk."

Gemintang menghela napasnya, "bentar aja, ini penting."

"Kenapa gak besok?" tanya Altair.

"Gak ada waktu lagi," ucap Gemintang. "Shareloc, gue otw sekarang."

"Gue sibuk! Besok aja," ucap Altair dengan nada tinggi. Lalu sambungannya diputuskan sepihak oleh Altair.

"Bangsat!" maki Gemintang.

Gemintang menghembuskan napasnya. Tatapan sendunya menyorot pada dua paper bag yang berwarna senada. Laki-laki itu pun dengan segera menghubungi toko bunga langganannya.

Gemintang
mbak, pesenan saya bisa diambil sekarang? |

Sweet Florist
| Bisa mas

Gemintang
okey saya ke toko sekarang |

Sweet Florist
| Siap mas

(Read)

Gemintang langsung bangkit dari ranjangnya. Tanpa basa-basi ia menyambar kunci mobil, jaket, dan dua paper bag tadi. Gemintang akan mendatangi Launa, harus!

******

Lorong rumah sakit sangat sepi. Hal itu membuat Gemintang leluasa untuk berjalan dengan cepat. Kedua tangannya penuh dengan barang bawaannya.

Pada akhirnya Gemintang pun berdiri di sebuah pintu ruang rawat. Sebelum membuka pintu kamar itu, Gemintang menghembuskan napasnya. Sungguh ini sangat berat.

Dengan hati-hati, Gemintang membuka pintu itu. Kakinya melangkah pelan untuk masuk ke dalam ruangan itu.

Setelah menaruh dua paper bag dan bouquet bunga favorit Launa di atas nakas, Gemintang memilih duduk di kursi samping brankar. Matanya tak lepas memandang wajah damai Launa kala terlelap.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang