BAB 7

1K 85 3
                                    

Hai gengs👋🏻

Apa kabar?? Jaga diri baik-baik🤗

Vote dulu sebelum baca!

Happy reading🦋

******

Altair menutup kembali pintu kamarnya. Ia baru mengecek keadaan Launa yang masih belum sadarkan diri di kamarnya. Tadi ia memutuskan untuk membawa Launa ke rumahnya. Namun hingga kini gadis itu masih belum membuka matanya.

Seorang wanita yang berusia tak muda lagi itu datang menghampiri Altair. Wajah wanita itu sangat mirip dengan Altair. Namanya Karina, ia adalah ibu Altair.

Karina membawa mangkuk berukuran lumayan besar. "Sana kamu makan dulu, biar mama yang urus Una."

Altair mengangguk. Setelah berpamitan, Altair pun langsung berjalan menuju ruang makan.

Wanita paruh baya itu membuka pintu. Ia langsung berjalan menuju ranjang. Sorot matanya kentara ia mengkhawatirkan gadis yang tengah terlelap.

Karina duduk di pinggiran ranjang. Ia menaruh mangkuk yang berisi air hangat di atas nakas. Kemudian ia mencelupkan hancuk kecil yang telah dilipat ke dalamnya.

Handuk kecil itu kemudian di peras. Kemudian ditaruh di atas dahi Launa. Karina menarik selimut berwarna hitam itu sebatas dada. Pakaian launa tadi sudah diganti olehnya.

"Kok ada orang yang jahat sama Una?" tanya Karina lirih. Wanita itu kemudian beranjak dari tempat itu. Ia keluar dari kamar Altair.

Karina berjalan menuju ruang makan. Ternyata kedua jagoan kesayangannya ada di sana. Tanpa pikir panjang lagi, Karina menghampiri keduanya.

"Mama, kak Una belum bangun?" tanya anak laki-laki berusia tujuh tahun. Dia adalah adik dari Altair, namanya Angkasa.

Karina tersebut lembut. "Belum, bentar lagi bangun kok. Angka kenapa nyari kak Una?"

"Kangen kak Una. Pengen main bareng."

Karina menghela nafas. Tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut Angkasa. "Nanti ya, kak Una masih sakit," ucap Karina dengan lembut. "Angka mau ikut mama nggak?"

"Kemana, ma?"

"Belanja. Ikut nggak?"

Angkasa mengangguk antusias. "Ikutttt!"

"Iya Angka ikut mama," ucap Karina. "Air kalau makannya udah selesai langsung ke kamar. Jagain Una, takutnya dia bangun."

Altair mengangguk. Laki-laki itu masih sibuk dengan makannya. "Mama berangkat," pamit Karina. "Ayo Angka!"

"Hati-hati, ma!" Karina dan Angkasa sudah menghilang dari pandangan Altair.

Altair sudah menghabiskan makanannya. Ia berjalan menuju dapur. Setelahnya, ia langsung bergegas menuju kamarnya.

******

Setelah hampir setengah jam berlalu, Launa perlahan membuka matanya. Ia menatap sekelilingnya. Ia seperti asing di tempat itu.

Tangan Launa tergerak untuh menyentuh dahinya. Ada handuk kecil di atas kepalanya.

"Na," panggil seseorang. Orang itu mendekati Launa. Ternyata orang itu Altair. Laki-laki itu kini duduk di pinggiran ranjang.

"Una udah bangun? Masih pusing?" tanya Altair. Laki-laki itu mengambil handuk yang ada di atas dahi Launa. Ia menaruhnya di mangkuk.

"Ini Una dimana?" tanya Launa lirih.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang