BAB 22

972 89 30
                                    

Haii🐣

Apa kabarnya???

Yang mudik ayo angkat tangan

Ada yang nunggu kelanjutan cerita ini?

Okeyy vote dulu sebelum baca😉

Spam komen dong!

Selamat membaca🦋

******

Dua hari belakangan ini digunakan oleh Launa untuk membantu Altair. Dengan dibantu oleh Launa dan Gemintang, laki-laki itu tengah menyiapkan suatu tempat untuk kejutannya.

Launa masuk ke dalam kamarnya. Setelah memberikan Laura dua paper bag titipan Altair. Gadis itu tidak mengetahui isi dari paper bag itu.

Gadis dengan bandana merah muda itu berjalan menuju ranjangnya. Tubuh mungilnya perlu istirahat. Energinya terkuras habis hanya untuk membantu Altair mempersiapkan suatu hal.

Tubuh Launa ambruk di atas kasur. Dengan posisi tubuh yang terlentang, manik mata Launa menatap langit-langit kamarnya. Pandangan gadis itu sangat sayu.

Setetes air mata mulai mengalir keluar dari pelupuk mata Launa. "Capek," keluhnya pelan pada dirinya sendiri.

"Jatah sedih Una masih banyak, ya?"

Launa menghembuskan napasnya sebelum kembali berbicara. "Kapan ayah sama bunda bisa sayang sama Una? Una juga pengen ngerasain jadi Lau, yang disayang ayah sama bunda."

Dengan kasar Launa menyeka air matanya. Ia bangkit dari posisinya. Kaki jenjangnya membawa Launa menuju ke arah cermin besar yang berada di kamar Launa.

Mata sayunya menatap dirinya dalam pantulan cermin. Tubuhnya kian kurus. Dalam beberapa minggu terakhir ia kehilangan berat badannya secara drastis. Wajahnya pucat setiap harinya.

"Bentar lagi Una mati, ya?"

"Ayah sama bunda bakal sedih nggak, ya?" tanya Launa pada dirinya sendiri.

"Berapa lama lagi? Una harus nunggu berapa lama lagi biar ayah sama bunda sayang sama Una?"

Launa menghela napasnya. Manik matanya tak teralihkan menatap pantulan dirinya dalam cermin. "Apa sebelum Una mati nanti bisa rasain kasih sayang ayah sama bunda?"

Launa menuju meja belajarnya. Kemudian ia duduk di kursinya. Senyum getir menghias wajah Launa. Halaman demi halaman buku Launa buka. "Apa keburu sampai semester ini?" tanyanya.

******

Pada malam ini, di atas sebuah rooftop. Di saksikan oleh hamparan bintang di langit dan kota pada malam hari. Hari ini dua insan tengah merangkai bahagianya.

Hampir seratus foto tergantung pada sebuah tempat yang ada di rooftop. Banyak juga lilin-lilin yang menghiasi. Rooftop itu sudah dihias sedemikian rupa.

Di belakang pagar besi pembatas, dua insan tengah berpelukan. Dengan erat seolah tak ingin kehilangan. Menikmati hamparan lampu kota pada malam hari yang gemerlap.

"I love you," bisik laki-laki itu dengan suara seraknya.

"Love you more," balas gadis yang berada dalam dekapan laki-laki itu.

Mulai detik itu dengan disaksikan oleh kota dan langit malam, dua insan remaja itu adalah sepasangan kekasih. Guratan bahagia terpancar dari wajah keduanya. Namun ada rasa takut kehilangan yang menghantui.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang