BAB 41

1.2K 116 89
                                    

Haii gengss🐣

Gak nyangka cerita ini udah sampe bab 41😭

Double up kalau komen di bab ini bisa tembus 100!

VOTE juga harus 100!

Beneran gak boong, ze udah ada draft.

Selamat membaca🦋

******

Pukul 6.30 pagi, Launa dan Gemintang sudah tiba di sekolah. Keduanya berjalan menyusuri koridor. Mereka bukan menuju kelas, melainkan kantin.

Sepanjang koridor, Launa mendapatkan banyak tatapan sinis dan cibiran-cibiran pedas dari siswa-siswi yang berpapasan dengannya. Masalah kemarin dengan cepat menyebar ke seantero SMA Cahaya. Sumpalan earphone di telinga kanannya membuat Launa menoleh.

Gemintang menggenggam erat tangan Launa. "Jangan dengerin mulut-mulut sampah mereka, Na,"

Mata Gemintang menatap wajah Launa yang terlihat pucat. Mata gadis itu nampak sayu. Harus hari ini Launa tidak masuk sekolah. Namun Launa bersikeras untuk berangkat. Gemintang dan Karina pun menurutinya.

Puncak kepala Launa diusap lembut oleh Gemintang. "Harusnya tadi lo gak usah berangkat aja," ucap Gemintang.

"Males, Una bosen di sana," ucap Launa.

Gemintang berdecak, "emang lo aja yang bandel."

Launa tertawa lepas. Dalam hatinya menyetujui ucapan Gemintang.

Keduanya terus berjalan menuju kantin. Dengan riang dan gelak tawa yang mengiringi. Senda gurau yang ikut mengisi kekosongan.

Keduanya hanya memperdulikan dirinya sendiri. Tak peduli dengan sekitar. Mengabaikan orang-orang yang seolah paling tahu akan kehidupannya. Mengabaikan orang-orang yang ingin campur tangan untuk kehidupannya.

Senyum Launa yang merekah mencuri perhatian Gemintang. Mi, dia cantik dari berbagai sisi. Bantu Gemintang jaga Una, mi,–batin Gemintang.

Dengan lekat Gemintang menatap Launa. Tatapannya begitu dalam. Senyumnya manis banget, gula aja minder liatnya. Apapun bakal gue lakuin buat bikin senyumnya gak pudar,–sambung Gemintang dalam hatinya.

"Je t'aime," gumam Gemintang pelan.

Launa menoleh. Ia mendengar Gemintang berbicara sesuatu. Tak begitu jelas ia mendengarnya. "Gemintang ada ngomong sesuatu?" tanya Launa.

"Gak ada," jawab Gemintang datar.

Launa pun menganggukkan kepalanya. "Berarti Una salah denger," ucapnya.

"Iya lo salah denger."

******

Meja yang berada di pojok kantin, diisi oleh Launa dan Gemintang. Keduanya asyik bercengkrama seraya menunggu makanan yang dipesannya datang.

Launa bercerita dengan antusias. Sedangkan Gemintang setia mendengarkan Launa bercerita.

Tak lama datang seorang wanita paruh baya. Di tangannya membawa nampan yang berisi makanan dan minuman pesanan Launa dan Gemintang tadi.

Kedua mata Launa berbinar saat melihat mangkuk yang dihadapannya berisi mie ayam. Beberapa Minggu terakhir ini, pola makan Launa diatur ketat oleh Gemintang dan Karina. Membuat Launa tak bebas memakan apapun.

Setelah berdoa, Launa mulai menyuapkan mie itu ke dalam mulutnya. Gemintang pun melakukan hal yang sama.

"Pokoknya besok-besok lagi gak ada makan mie," ucap Gemintang setelah menelan makanan dalam mulutnya.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang