BAB 3

1.3K 96 11
                                    

Heiii🐣

Up lagi, ada yang nunggu?

Jangan lupa vote sebelum baca😉

Selamat membaca gengs🦋

******

Di sebuah ruang kamar bernuansa monokrom, seorang laki-laki tengah bersandar di atas ranjangnya. Laki-laki itu tengah asyik menyelami dunia maya.

Selepas mengantar Laura pulang, Altair langsung bergegas pulang ke rumahnya. Namun dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ada sesuatu yang mengganjal. Laki-laki itu seperti ada melupakan sesuatu hal.

Altair menyudahi kegiatannya. Laki-laki berkaos hitam itu meletakkan ponselnya di atas nakas. Di luar hujan masih mengguyur deras. Hal itu membuat Altair malas beranjak dari tempat tidurnya.

Mata Altair terpaku kala melihat foto yang sudah terbingkai apik. Foto itu berada di atas nakas. Senyum tipisnya mengudara. Dalam foto itu ia masih memakai jersey futsal berwarna biru, foto itu diambil sekitar dua tahun yang lalu. Foto itu diambil saat ia memenangkan pertandingan antar SMA se-kabupaten. Dengan senyum tipisnya, Altair memegang bangga mendali yang didapatnya. Altair merangkul Launa yang tersenyum ceria.

"Gue sama bocil pas belum glow up," ucap Altair seraya mengalihkan pandangannya.

Namun tiba-tiba Altair terdiam beberapa saat. "Anjir, gue lupa jemput bocil."

Altair langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Ia mencoba menghubungi Launa. Namun tak ada jawaban, sepertinya gadis itu sengaja mematikan ponselnya. Altair tak putus asa. Ia mencoba menghubungi Laura. Dan sambungannya pun terhubung.

"Halo, Alta," sapa gadis dari seberang sana. "Ada apa, Ta?"

"Halo, Lau. Ini gue cuma mau nanya, Una udah pulang belum? Gue telepon nggak di angkat soalnya," ucap Altair dengan nada suara yang terlihat sangat khawatir.

"Belum, Ta. Gue kira dia sama lo," ucap Laura.

"Nggak, ini gue udah di rumah. Gue lupa jemput."

"Bangsat lo, Ta. Kalau dia kenapa-napa gimana?"

"Gue cari dia. Kalau dia pulang lo kabarin gue."

"Iya, Ta." Altair langsung memutus sambungannya secara sepihak. Laki-laki itu langsung turun dari ranjangnya.

Altair mengambil sweater hitam miliknya yang tergantung. Lalu tak lupa mengambil dompet dan kunci mobil miliknya.

Dengan tergesa-gesa ia menuju garasi. Bahkan ia mengabaikan panggilan dari ibu dan adiknya. Pikirannya hanya terfokus pada Launa. Altair memilih membawa mobil karena hujan masih cukup deras. Altair pun langsung menancap gas. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Untung saja jalanan sedang lenggang.

Altair membawa mobilnya menuju SMA Cahaya. Ia masih berharap Launa masih di sana. Altair sangat berharap gadis itu tidak akan kenapa-napa.

******

Sementara itu, Chandra, Citra, dan Laura tengah berada di ruang keluarga. Mereka tengah menikmati waktu kebersamaan dengan menonton film seraya menunggu kedatangan Launa.

Chandra sejak tadi sudah berusaha menahan emosinya. Sedangkan Citra berusaha menenangkan suaminya itu.

Laura tersenyum sinis. Mati lo, Na,–batinnya bersorak kegirangan.

"Yah, tadi Lau coba hubungi temannya kakak, tapi nggak ada yang lagi sama kakak."

Nafas Chandra memburu. Tangannya sudah terkepal. "Kemana anak itu? Apa sedang menjadi jalan? Memang anak kurang ajar!"

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang