BAB 9

906 83 2
                                    

Hai, apa kabar?

Ada yang nunggu?

Jangan lupa vote sebelum baca!

Tandai kalau ada typo yaa😊

Selamat membaca gengs🐣

******

Launa keluar dari minimarket. Tangannya membawa dua kantung plastik belanjaan. Malam ini Launa terpaksa berjalan dari rumahnya ke minimarket hanya untuk belanja stok kebutuhan. Sebab tadi siang bi Ana sedang tidak enak badan, hal itu membuatnya tidak sempat berbelanja.

Beruntung jarak minimarket itu dari rumahnya tak begitu jauh. Jalanan masih ramai. Gadis itu berjalan dengan terburu-buru.

Samar-samar dari kejauhan Launa mendengar suara orang berkelahi. Launa memberanikan diri mendekati sumber suara. Mata Launa terbelalak kala melihat ada empat motor yang terparkir asal di depan sebuah gang kecil yang berada di seberang minimarket.

Launa mengenali salah satu motor yang terparkir. Gadis itu memberanikan diri untuk memastikan kebenarannya. Gadis itu mengendap-endap.

"Gemintang," gumam Launa. Pandangan Launa jatuh pada Gemintang yang dikeroyok oleh lima orang pria berbadan kekar.

Gemintang sudah babak belur. Jelas saja, laki-laki itu kalah jumlah. Terlebih lawannya sepertinya lebih jago dalam hal bela diri.

Launa menghela nafas. Gadis itu tengah berfikir. Ia pun langsung bersembunyi di balik pohon yang cukup besar. Setelahnya ia mengutak-atik ponselnya.

Suara sirine terdengar. Perkelahian itu terhenti. Lima pria itu langsung lari tunggang-langgang ke motornya. Mereka langsung tancap gas.

Setelah dirasa aman, Launa langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Buru-buru ia menghampiri Gemintang.

"Gemintang nggak apa-apa?" tanya Launa. Ada sorot kekhawatiran di mata Launa.

Gemintang berdecak kesal. Sesekali ia meringis menahan nyeri lukanya. "Mata lo gapapa. Remuk semua badan gue tahu," keluh Gemintang.

Launa meringis kala melihat banyak luka di wajah Gemintang. "Masih bisa jalan nggak? Ayo ke minimarket depan, biar Una bisa obatin lukanya."

Gemintang mengangguk. "Bisalah," ucap Gemintang ketus.

Laki-laki itu mulai melangkah. Ia mendahului Launa. Langkah Gemintang tertatih-tatih.

"Tang, Una bantu, ya?" tanya gadis itu. Ia mencoba menyamakan langkahnya dengan Gemintang.

"Gak, gue bisa sendiri," jawab Gemintang jutek.

Launa menghela nafas. "Tapi kalau gini kita nggak nyampe-nyampe, Tang."

"Gue males, lo juga ribet bawa barang-barang."

"Iya juga ya."

Gemintang berhenti di motornya. Laki-laki itu menghirup udara sebanyak-banyaknya. Nafasnya memburu.

"Belanjaan lo taruh motor gue aja," ucap Gemintang. Ia tidak tega melihat Launa kesusahan membawa belanjaan.

"Emangnya aman?"

Gemintang berdecak. "Aman! Siapa juga yang mau ngambil barang murah gitu?"

Launa hanya menuruti perkataan Gemintang. Gadis itu mengalah, ia sedang tidak ingin berdebat dengan Gemintang.

Kini mereka pun berjalan ke minimarket. Mereka berjalan perlahan. Launa membantu Gemintang berjalan.

"Gemintang tunggu sini aja. Una mau beli obat dulu," ucap Launa. Ia membantu Gemintang duduk di kursi yang ada di depan minimarket.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang