Bab 13

843 72 7
                                    

Haii🐣

Gimana puasa hari ini?

Semangat terus teman-teman🤗

Vote dulu sebelum baca😉

Selamat membaca🦋

******

Altair memberhentikan di depan gerbang rumah Launa. Laki-laki itu mematikan mesin motornya. Launa pun turun dari motor Altair.

Launa melepaskan helmnya dari kepalanya. Ia mengembalikannya pada Altair. "Makasih, Air."

"Gue balik, Na," ucap Altair. Setelah itu, Altair pun langsung melesat meninggalkan Launa.

Gadis itupun melangkah masuk ke dalam rumahnya. Pandangan mata Launa jatuh pada sebuah mobil yang terparkir apik di garasi. Jantung Launa berdebar kencang.

"Udah pada pulang, ya?" monolog Launa. Gadis itu memaksakan langkahnya. Dengan perlahan ia masuk ke dalam rumahnya.

Launa menghembuskan nafas lega. Ia tidak melihat kedua orang tuanya. Mungkin mereka sedang beristirahat. Tanpa pikir panjang lagi, Launa pun langsung melangkah menuju kamarnya.

Langkah Launa terhenti di undakan tangga yang kedua. Tangannya dicekal dengan keras. Orang itu menyeret Launa turun dari tangga.

"Ayah," ucap Launa. Gadis itu menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap sang ayah.

Chandra mencengkram erat pipi Launa. Bahkan kepala Launa menjadi terdongak. Launa menatap takut kepada Chandra.

"Mentang-mentang saya sedang tidak di rumah, kamu jadi seenaknya! Bagus sudah bisa keluyuran!" bentak Chandra.

Launa memejamkan matanya. Sungguh terkejut dirinya mendengar bentakan keras dari Chandra. "Mau jadi apa kamu? Keluyuran aja bisanya! Semua nilaimu memalukan!"

"Kamu sudah merasa hebat, ya?"

Chandra berdecih, "jika tidak ada yang bisa dibanggakan darimu! Setidaknya kamu menurut!"

"Kamu harusnya bisa mencontoh Laura. Dia pintar, cantik, berbakat, dan penurut," ucap Chandra. "Lalu apa yang bisa dibanggakan darimu? Dasar anak tidak berguna!"

Launa terdiam. Rasa sesak memenuhi dada. Hatinya bagai tertusuk ribuan belati. Mata Launa berkaca-kaca. Perkataan Chandra tadi mampu membuat hatinya terluka. Tidak bisakah Chandra melihatnya sedikit saja?

"Dasar anak tidak berguna! Bisanya main sama om-om aja," geram Chandra. Pria itu mulai menyiksa Launa.

Ditampar, ditendang, dijambak, dan dihajar hingga babak belur. Pria itu membabi buta menyiksa Launa. Sedangkan Launa sama sekali tidak melawan. Gadis itu pasrah menerima perlakuan Chandra.

"Bunuh Una aja, yah," lirih gadis itu. Ia meringis pelan, sekujur tubuhnya nyeri. Badannya seperti remuk.

Chandra mengabaikan ucapan Launa. Pria itu masih terus menghajar Launa. Sedangkan gadis itu terkapar di lantai dengan lemah.

Sepatu pantofel milik Chandra mengenai kaki Launa. Pria itu dengan sengaja menginjak kaki Launa. "Masuk kamar!" titahnya dengan nada dingin. Pria itu beranjak meninggalkan Launa.

Beberapa saat setelah itu, Launa perlahan-lahan bangkit. Dengan tertatih-tatih, gadis itu beranjak menuju kamarnya. Beberapa kali ia tidak seimbang, membuatnya hampir terjatuh.

Launa mendorong gagang pintu. Kamarnya pun terbuka. Dengan cepat ia masuk ke kamarnya. Tak lupa juga kembali menutup pintunya.

Setelah menaruh tasnya di atas nakas, Launa mencopot cardigan yang melapisi pakaiannya. Kemudian gadis itu berjalan menuju kamar mandinya.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang