BAB 11

925 75 4
                                    

Haiii🐣

Apa kabar?

Vote dulu sebelum baca!

Selamat membaca🦋

******

Mentari mulai menyapa. Perlahan-lahan mulai menampakkan sinarnya. Namun hawa dingin masih cukup menusuk ke permukaan kulit.

Launa tengah membereskan kamarnya. Pagi-pagi sekali ia sudah terbangun. Gadis itu sudah terbiasa bangun pagi. Walaupun hari libur seperti hari ini, Launa tetap bangun pagi.

Orang tua Launa belum juga pulang hingga hari ini. Gadis itu sangat kesepian. Namun itu membuatnya sedikit bebas.

Setelah selesai, gadis itu berjalan ke arah cermin yang ada di kamarnya. Matanya menatap dirinya sendiri dalam pantulan cermin. "Cantik," pujinya untuk dirinya sendiri.

Rambut Launa yang hanya sebatas bahu dibiarkan tergerai bebas. Launa memakai jeans kulot berwarna biru cerah. Tak lupa juga dengan kaos putih membalut tubuhnya.

Ada aura tersendiri yang terpancar. Gadis itu terlihat cantik dalam dandanannya yang sederhana. Wajah Launa tak terpoles make up. Hanya bibirnya saja yang dipakaikan lip balm agar tak terlihat pucat.

Launa beranjak dari tempatnya. Gadis itu mengambil ponselnya. Kemudian berjalan menuju balkon.

Mata gadis itu menyorot pada pemandangan kota pada pagi hari. Ternyata masih cukup indah untuk dinikmati. Gadis itu duduk di kursi yang ada di balkon.

Gadis itu memainkan ponselnya. Membuka salah satu aplikasi. Matanya tertuju pada kontak yang selalu disematkan. Walau sudah tahu blokiran itu tidak akan pernah dibuka oleh si pengguna, gadis itu tetap mengirim banyak pesan pada orang itu.

Launa membaca kembali pesan-pesan tersebut. Satu per satu pesan dibacanya. "Ayah kapan mau sayang sama Una?"

Launa keluar dari room chat. Matanya terpejam. Rasa sesak menghampiri. "Nda, Una pengen nyerah boleh nggak?"

******

Launa tengah menyantap nasi gorengnya. Jarang-jarang gadis itu bisa sarapan seperti ini. Biasanya ia hanya sarapan roti. Itupun kalau stok miliknya ada. Kalau tidak ada, Launa tidak akan sarapan.

Ponsel gadis itu berdering. Ia pun langsung memberhentikan aktivitasnya. Dengan buru-buru mengangkatnya. Mata Launa sekilas membaca nama kontak orang yang meneleponnya.

"Halo, Tang," sapa Launa dengan ceria.

"Udah siap?" tanya Gemintang dari seberang sana. "Gue di depan."

"Masuk aja, Tang. Una masih makan ini," ucap Launa.

"Ya udah gue tunggu di depan aja," ucap Gemintang.

Gadis itu berdecak. "Una ke situ, tunggu bentar." Launa memutuskan sambungannya secara sepihak.

Dengan buru-buru ia menegak air. Setelah ia menaruh kembali gelasnya. "Bi, Una berangkat," pamitnya. Gadis itu mulai bangkit dari duduknya. Tak lupa menyambar tas kecil miliknya yang berada di atas meja.

Launa berjalan terburu-buru keluar dari rumah itu. Gadis itu membuka gerbang. Ia keluar dari rumah itu. Tak lupa ditutup kembali oleh Launa.

Gadis itu menghampiri Gemintang. Laki-laki itu tengah duduk di atas motornya.

"Pagi, Tang," sapa Launa ceria. Senyum merekah di bibirnya.

"Lama banget, sih," semprot Gemintang. Raut tak bersahabat terpancar dari wajahnya.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang