BAB 33

1.3K 106 20
                                    

Haii gengs🐣

Ada yang nunggu cerita ini??

Dingin, soalnya di sini hujan terus. Tempat kalian hujan juga gak?

Up kapan lagi?

VOTE dulu sebelum baca😉

Ramaikan komentar✌🏻

Selamat membaca🦋

******

Pukul 6 pagi, cuaca kota hari ini tengah mendung. Awan-awan hitam menyelimuti langit. Mungkin hujan akan turun. Hawa dingin menghiasi suasana kota hari ini.

Dengan seragam sekolah dan jaket yang membalut tubuhnya, Gemintang sudah berada di area apartemen miliknya. Kakinya terus melangkah menuju ke salah satu unit apartemen. Langkahnya sangat terburu-buru.

Tadi pagi Gemintang baru saja memainkan ponselnya, banyak panggilan masuk dari Launa tadi malam. Saat di telepon balik olehnya, nomor itu tak menjawabnya. Ia pun menjadi sangat khawatir. Ia harus segera mengetahui kondisi Launa.

Gemintang masuk ke dalam unit apartemen miliknya. Namun gelap menyapanya terlebih dahulu. Hanya ada cahaya remang-remang dari jendela yang masih tertutup gorden.

"Na," teriak Gemintang. Ia tahu pasti Launa masih berada di apartemen miliknya ini.

Gemintang segera menjelajahi seluruh penjuru apartemen miliknya. Namun tak menghasilkan apapun. Ia belum menemukan gadis itu.

"Na, lo dimana?" gumam Gemintang.

Bola matanya mengedar mencari-cari sesuatu. Tatapannya jatuh pada sebuah pintu kamar. Bodoh, ia belum mengecek satu ruangan itu.

Tanpa basa-basi, Gemintang segera mendekati pintu kamar itu. Tangannya mengetuk pintu dengan berulang kali. Tapi tidak ada jawaban. Gemintang pun mendorong daun pintunya. Tidak terbuka, pintu itu terkunci.

Gemintang menarik napasnya panjang. Dengan segera ia mengambil kunci serep yang ada di laci meja.

Gelap, itulah kata yang pertama kali Gemintang ucapkan dalam hatinya saat sudah masuk ke dalam kamar. Ruangan itu sangat gelap. Ia berjalan membuka gorden jendela itu.

Gemintang berjalan ke arah ranjang saat sudah membuka jendela kamar itu. Tatapannya jatuh pada Launa yang duduk bersandar di atas ranjang. Ternyata gadis itu sudah bangun, namun mengapa ia tak menjawab panggilannya.

Mata jeli Gemintang menangkap sesuatu yang berbeda dari wajah Launa. Mata gadis itu sembab. Gemintang duduk di pinggiran ranjang. "Na," panggil Gemintang menyadarkan Launa. Gadis itu seperti melamun.

Berselang sedetik, gadis itu tiba-tiba saja menghamburkan dirinya ke tubuh Gemintang. Dengan erat ia memeluk Gemintang. Wajahnya ditenggelamkan pada dada bidang Gemintang. "Takut, Una takut," cicit Launa lirih.

Gemintang mengusap pelan bahu Launa. "Ada gue, Na. Jangan takut, ya." Gemintang berbisik lembut memberikan ketenangan.

"Gelap, Una takut," seloroh Launa.

Rambut Launa diusap pelan oleh Gemintang. "Gapapa, kan sekarang udah ada gue. Jangan takut lagi," ucap Gemintang.

"Tenang, Na. Gak ada apa-apa kok."

Launa mengangguk pelan. Perlahan melepaskan pelukannya setelah merasa tenang. Mata Launa terpaku menatap wajah Gemintang.

"Gemintang habis berantem?" tebak Launa karena melihat beberapa luka lebam di wajah Gemintang.

"Iya dong, kan gue jagoan," ucap Gemintang seraya menampilkan deretan gigi putihnya.

Launa menatapnya datar, "sama siapa?"

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang