BAB 40

1.5K 122 50
                                    

Haii gengss🐣

Ze ga ingkar janji yaaa!

Malam minggunya ditemenin UNIVERSE yaaa

Up kapan lagi??

VOTE  dulu sebelum baca!

Ramaikan komentar!

Selamat membaca🦋

******

Ruangan dengan cat serba putih terasa sunyi. Hanya didominasi dengan suara alat-alat medis yang bekerja. Tak lupa dengan suara dari jam dinding yang terpasang di tembok.

Sudah hampir lima belas menit Gemintang terduduk di samping brankar. Dengan setia ia menjaga Launa yang masih memejamkan matanya.

Launa terbaring lemah di atas brankar. Tadi gadis itu hanya sadarkan diri sebentar. Lalu Gemintang pun langsung membawanya ke rumah sakit.

Tatapan Gemintang terkunci di wajah Launa yang terlelap damai. Tangannya menggenggam erat tangan Launa yang tidak dipasangi selang infus.

Karina tadi menjaga Launa bersama Gemintang. Namun wanita itu pergi ke ruangan dokter yang menangani Launa. Ada yang harus dikonsultasikan.

Gemintang sudah berganti pakaian. Ia memakai baju santai. Tangannya meraup wajahnya kasar. Lalu menghembuskan napasnya perlahan.

Hingga saat ini Launa belum juga membuka matanya. Gemintang menjadi frustrasi. Dengan lembut tangan Gemintang mengusap kepala Launa.

"Maaf gue gagal jagain lo, Na," gumam Gemintang.

Pintu ruang rawat Launa berderit. Ada seseorang yang datang. Gemintang pun menoleh ke arah pintu.

Seorang laki-laki menghampiri brankar. Gemintang menatap sahabatnya itu dengan datar.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Gemintang.

Altair berdecak, "gak boleh?"

"Pacar kesayangan lo gimana?" Gemintang berucap datar. Ia tahu kalau Laura juga di bawa ke rumah sakit ini.

"Udah baikan," ucap Altair. "Nih bocah belum sadar juga? Dia gak lagi drama, kan?"

"Una drama? Yang ada pacar lo tuh yang drama," sahut Gemintang sinis.

Altair mendelik, "maksud lo?"

"Bego lo, Ta," cibir Gemintang.

Altair menatap Gemintang dengan tajam. "Mana mungkin pacar gue drama. Lo jangan asal tuduh deh, Tang."

"Laura bisa berenang."

"Lo kalo ngomong jangan ngaco, Tang," ucap Altair.

"Laura itu bisa renang. Dia pernah wakilin sekolah pas lomba renang kalau lo lupa," balas Gemintang.

Diam, Altair membisu mendengar ucapan yang dilontarkan Gemintang. Otaknya mencerna ucapan laki-laki itu baik-baik.

"Tapi tetep aja semuanya salah Una," ucap Altair membela Laura.

"Ta, lo itu pinter. Tolong dong otaknya dipake dikit," ucap Gemintang gemas.

Altair berdecak sebal. Matanya menatap tajam Gemintang. "Pokoknya nanti kalau Una udah bangun, suruh dia temui Lau buat minta maaf."

"Stress," cibir Gemintang pada Altair yang sudah menghilang dari balik pintu.

Gemintang kembali menatap Launa dengan lembut. "Liat tuh, Na. Temen g lo gila. Kayanya efek samping dari kebanyakan bucin."

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang