BAB 4

1.2K 97 4
                                    

Hai gengs🐣

Ada yang nunggu??

Jangan lupa vote sebelum baca!

Selamat membaca🦋

******

SMA Cahaya pagi ini masih sangat sepi. Baru ada beberapa siswa-siswi yang datang. Pukul 06.35, masih sangat pagi untuk murid-murid berangkat ke sekolah. Launa berjalan menyusuri koridor sekolah yang sepi.

Launa terus berjalan, hingga ia berbelok pada salah satu jalan. Kakinya terus melangkah menuju loker di SMA Cahaya. Launa ingin mengambil salah satu bukunya yang berada di loker.

Gadis dengan bandana peach itu mengurungkan niatnya menuju loker miliknya. Launa mendekatkan dirinya dengan loker nomor 172. Itu adalah loker milik Altair.

Mata cokelat terang milik Launa menatap loker itu dengan tatapan sulit diartikan. Gadis itu pun mengeluarkan sebuah stick note warna cokelat. Mata Launa menatap stick note tersebut, hingga akhirnya ia menempelkannya pada pintu loker milik Altair.

Hai!
Aku akan selalu ada untuk mencintaimu secara diam-diam.

-your admirer

Begitulah kalimat yang tertulis pada stick note yang kini telah tertempel sempurna pada loker Altair. Setelah itu, Launa langsung menjauh dari loker itu. Ia berjalan menuju loker miliknya 219. Beruntung saja loker milik Altair jauh dari CCTV, jadi Launa bebas dari pengawasan.

Launa telah melakukan hal seperti itu sering Launa lakukan. Terhitung sudah empat tahun Launa melakukan itu.

Setelah mengambil bukunya, Launa berjalan menuju kelasnya. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia ingin segera ke kelasnya, karena ingin mengerjakan tugasnya yang hampir selesai.

Kelas XII IPS 2 masih sangat sepi. Baru ada seorang siswi yang datang. Gadis berambut pendek sebahu itu tengah menyapu. Launa pun langsung masuk ke kelas. "Pagi, Rin," sapa Launa pada gadis tadi.

Gadis tadi hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Kemudian gadis itu melanjutkan kegiatannya. Mengabaikan Launa yang berjalan menuju kursinya.

Di kelas XII IPS 2, hanya gadis tadi yang bersikap netral pada Launa. Gadis itu masih mau menyapa Launa jika keduanya bertemu. Nama gadis itu adalah Arinka Ghestia, murid paling pintar di IPS 2. Gadis introvert yang memiliki jiwa ambis paling tinggi.

Launa mengeluarkan peralatan tulisnya. Ia langsung mengerjakan soal-soal yang sedikit lagi terjawab semua. "Sarapan pagi ini kita ngitung matematika. Ngitung peluang dia suka balik sama Una," gumam Launa dengan pelan.

Pulpen berwarna pink menari-nari di atas kertas dengan indah. Dengan semangat menggebu, Launa terus mencoret-coret kertas untuk menemukan jawaban dari soal.

Setelah berkutat cukup lama dengan soal yang lumayan rumit, Launa menyelesaikan tugasnya. Gadis itu tersenyum ringan menatap hasil kerjanya. Launa langsung merapikan peralatan tulisnya.

Lalu tiba-tiba Altair datang. Laki-laki itu langsung duduk di kursi kosong samping Launa. "Na," panggil Altair.

Launa menoleh sekilas. Gadis itu menyibukkan diri dengan memainkan bukunya. "Apa?"

"Lo masih marah?"

Gadis itu menggeleng. Lalu ia menatap Altair. Tatapan gadis itu sulit diartikan oleh Altair. "Kenapa harus marah?"

Altair menghembuskan nafasnya. "Lo marah, gue tahu itu. Buktinya chat gue semalem nggak lo bales. Terus gue telepon nggak aktif nomor lo."

Gadis itu mengalihkan pandangannya. Ia memainkan kembali bukunya. Semalem Una dihukum, Air,-batin Launa.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang