BAB 48

2.3K 124 52
                                    

Haii gengs🐣

Apa kabar?? Semoga baik yaa💗

Pengen deh cerita ini masuk gramedia. Kapan ya? Halu dulu gapapa kali.

VOTE dulu sebelum baca!

Ramaikan komentar😉

Selamat membaca🦋

******

Di UKS, Laura dengan teliti mengobati luka Rian. Jarak Laura dengan Rian yang cukup dekat membuat jantung Laura berdebar kencang.

"Kenapa harus pindah?" tanya Laura mengambil alih suasana yang canggung.

Rian diam membisu. Netra matanya terus menatap wajah Laura dengan lekat. Bola matanya terus menatap setiap inchi wajah Laura.

"Jawab gue, Yan!" ucap Laura seraya membereskan kotak P3K.

Helaan napas terdengar. Rian menyorot sendu. "Gue gak mau dijodohin ama Liora."

Dahi Laura berkerut, "Lio temen gue?"

Kepala Rian mengangguk sebagai jawabannya. "Berhenti suka sama gue, ya. Gue mohon dengan sangat!"

"Gue gak bisa balas perasaan lo, maaf," sambung laki-laki itu.

Laura menggelengkan kepalanya. "Gue gak peduli, Yan. Mau gimanapun, gue sukanya lo. Gue gak bisa berhenti, Yan."

"Berhenti suka sama gue! Ada laki-laki yang cinta lo dengan sungguh, Ra," ucap Rian. "Gue brengsek, Ra. Gue gak bisa bales perasaan lo."

Rian bangkit dari duduknya. Ia mengusap pelan puncak kepala Laura. "Ada Alta, dia tulus sama lo. Jangan disia-siain."

Setelah mengucapkan itu, Rian pergi meninggalkan Laura di ruang UKS yang sepi. Gadis itu menatap sendu ke arah pintu UKS yang sudah tertutup rapat. Wangi mint milik Rian masih tertinggal ditempat itu. Tanpa sadar membuat Laura menjatuhkan air matanya.

******

Di lorong sepi, Laura berjalan pelan. Jam pelajaran sedang berlangsung. Jadi lorong pun sepi dari lalu-lalang siswa-siswi.

Dari arah yang berlawanan, ada seorang laki-laki berjalan menyusuri lorong. Aura dingin mengelilinginya. Sorot matanya sangat datar.

"Alta," cicit Laura saat sudah berdiri tepat di depan laki-laki yang tak lain adalah Altair.

Laki-laki itu menatap Laura datar. Ia berhenti beberapa langkah dari Laura. "Lau, bilang ke gue kalau semuanya cuma bohongan!"

Suara rendah Altair terdengar menusuk di telinga Laura. Gadis itu menundukkan kepalanya. "Maaf, Ta. Lau jelasin, ya," sahut Laura lirih.

"Bukannya semuanya udah jelas, ya? Apalagi yang mau dijelasin?" Altair terkekeh pelan.

"Maaf," cicit gadis itu lirih.

Hening. Tak ada percakapan lagi antara keduanya. Altair menatap Laura penuh luka. Sedangkan Laura sama sekali tak menatap Altair. Ia benci tatapan Altair yang seperti itu.

"Sampai di sini, besok gak ada lagi kita," ucap Altair tiba-tiba.

Laura menggelengkan kepalanya kuat. Entah mengapa jauh di lubuk hatinya menolak ucapan Altair dengan kuat. Rasa sesak langsung menyelubunginya setelah mendengar ucapan Altair.

"Maaf, maaf! Lau mohon jangan usai," lirih Laura. "Lau harus apa biar Alta maafin? Lau harus ngapain biar kita gak usai?"

Diam, Altair tak bersuara. Laki-laki itu menyorot Laura penuh luka. Tak sanggup ia melihat mata Laura yang mulai berkaca-kaca.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang