BAB 49

1.1K 102 17
                                    

Haii🐣

Maaf ya harus nunggu lamaaaaaa

Apa kabarnya? Semoga selalu baaiiikkkkk💗

Kalau up jam segini ada yang mau baca??

VOTE dulu sebelum baca!

Ramaikan komentar😉

Selamat membaca🦋

******

Walau tidak sederas tadi malam, rintik-rintik hujan masih menyapa bumi. Langit pun masih setia untuk tetap kelabu.

Beruntung ini hari minggu. Bermalas-malasan di bawah selimut menjadi kenikmatan tersendiri. Di tambah cuaca masih cukup dingin.

Dua minggu telah berlalu dengan cepat. Namun hubungan Altair dan Laura kian menjauh. Keduanya makin asing.

Di atas ranjangnya, Altair menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya menerawang jauh.

"Kamu jahat aja aku susah buat bencinya. Gimana kalau kamu baik?" tutur Altair pelan.

Altair terkekeh pelan. Otaknya kembali memutarkan peristiwa yang menyesakkan. "Gue bego banget, deh," makinya pada dirinya sendiri.

Tak ingin berlarut-larut. Altair memutuskan untuk mengambil ponselnya di atas nakas.

Altair membuka ponselnya di atas ranjangnya. Matanya terfokus pada satu objek. Yang sejak awal membuka ponselnya cukup banyak menyita perhatiannya.

Satu buah baris chat membuat jantung Altair berdetak dengan tidak karuan. Cepat-cepat tangannya membuka isi chat itu.

Tante Citra
Lau masuk rs
Air bisa ke sini??

Altair
Lau sakit apa, tan?
Di rs biasa?

Tante Citra
Penyakitnya kambuh, udh dari kmrn di rawat
Lau nyariin kamu terus
Iya dii rs biasa

Altair
Air otw Tan

Altair segera menaruh kembali ponselnya tanpa menunggu balasan dari Citra. Dengan secepat mungkin ia menuju kamar mandi. Harus dengan cepat ia bersiap-siap.

******

Di lorong rumah sakit, Altair melangkahkan kakinya dengan lebar. Ia terburu-buru menuju ruang rawat Laura.

Tanpa di sengaja, Altair menabrak seorang gadis yang mengenakan pakaian pasien. Beruntung gadis itu tak terjatuh ke lantai sebab dengan sigap Altair menahan tubuh gadis itu.

"Ehh sorry sorry," ucap Altair. Matanya menatap gadis itu yang sedang tertunduk. Wajahnya tak bisa Altair lihat dengan jelas karena terhalang dengan rambut gadis itu.

Gadis itu mengangguk singkat. Tangannya menyelipkan anak rambutnya ke telinganya. Dengan memberanikan diri, mata gadis itu bertemu dengan mata Altair.

"Air," ucap Launa lirih.

Tatapan tak percaya di layangkan oleh Altair. Ya, Launa sekarang berada di hadapan Altair dengan mengenakan baju pasien rumah sakit.

Banyak perubahan dari Launa. Altair akui, gadis di hadapannya itu banyak berubah. Tubuh gadis itu tambah kurus, pipinya pun tirus. Wajah Launa pucat, apalagi bibirnya.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang