BAB 31

1.2K 113 31
                                    

Haii gengs🐣

Apa kabar??

Kalau ze bikin ig buat Una, Lau, Air, sama Gemintang setuju ga????

VOTE dulu sebelum baca!

Ramaikan komentar😉

Next kapan lagi kira-kira?

Siapin tissue jangan lupa🤗

Selamat membaca🦋

******

"Gemintang percaya sama Una?" tanya Launa di sela-sela tangisannya.

Gemintang tak menjawab. Laki-laki itu mengusap pelan bahu Launa. Ia seolah memberikan ketenangan pada gadis itu. Diam-diam senyum tipis terukir.

"Gue percaya lo, Na," bisik Gemintang pelan.

Setelah di rasa Launa cukup tenang, Gemintang melepas dekapannya. Ia menyelipkan helai rambut Launa ke telinga gadis itu. "Gue bakal cari dalangnya. Bakal gue usahain nama lo bersih lagi," ucap laki-laki itu lembut.

"Makasih, Tang," ucap Launa seraya menyeka jejak-jejak air matanya.

Gemintang menarik tangan Launa. Kedua orang itu kini sudah duduk di bangku besi.

"Jangan nangis," ucap Gemintang dengan jeda cukup lama. "Nanti lo tambah jelek."

Launa mendengus pelan. "Gemintang nyebelin!" cibir gadis itu pelan.

"Marah mulu lo, Na. Cepet tua nanti," ucap Gemintang.

"Biarin, suka-suka Una." Launa memalingkan wajahnya. Bola matanya mengedar, menatap objek di sekelilingnya.

"Senyum, Na. Jangan jutek gitu," ucap Gemintang. Tatapan teduhnya tak teralihkan dari gadis di sampingnya.

Launa menoleh. Netra matanya bertubrukan dengan netra teduh milik Gemintang. Dengan lekat Launa menatap Gemintang. Ia baru sadar ada luka memar di sudut bibir Gemintang.

Gemintang berdehem pelan. "Gak usah segitunya liatin gue. Tau, gue emang ganteng kok," ucap Gemintang narsis.

Launa memutar bola matanya malas. Rasanya ingin muntah saat mendengar ucapan Gemintang. Tingkat percaya diri laki-laki itu sangat tinggi.

Tangan Launa terulur menyentuh sudut bibir Gemintang yang memar. "Kenapa?"

Tubuh Gemintang kaku seketika. Seperti ada sengatan listrik yang timbul kala tangan Launa berhasil menyentuh sudut bibirnya. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang. Kontak fisik yang dilakukan oleh Launa berhasil membuat Gemintang menggila.

"Biasa bokap gue ngamuk semalam," ucap Gemintang dengan gugup. Pipinya seketika bersemu. Anjing gini doang gue meleyot. Mental gue macem yupi aja,–jerit Gemintang dalam hatinya.

"Udah diobatin?"

Gemintang mengangguk, "udah."

Tiba-tiba saja pintu rooftop terbuka. Altair dan Laura masuk ke dalam rooftop. Dengan bergandengan tangan keduanya menghampiri Gemintang dan Launa.

Mata Launa memanas kala melihat tangan Altair dan Laura saling bertautan. Buru-buru Launa mengedarkan pandangannya.

Gemintang menatap kedua orang itu dengan kesal. Ganggu aja,-pikir laki-laki itu. Ia mendengus pelan, "lengket banget ya, Ta?"

"Iri lo?" Altair menanggapi ucapan Gemintang santai. "Cari ayang sono."

Altair mengabaikan cibiran dari Gemintang. Laki-laki itu berdiri tepat dihadapan Launa. Dengan tatapan tajam yang menghunus sorot mata Launa.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang