BAB 32

1.2K 114 24
                                    

Haii gengs🐣

Gimana kabarnya?

Kalian tau cerita ini dari mana??

Tebak kira-kira cerita ini end di bab berapa!!

Panggilannya Ze atau Kaze aja yaa, biar akrab wkwk
Jangan Thor yaaa, berasa superhero😭

VOTE dulu sebelum baca!

Ramaikan komentar😉

Selamat membaca🦋

******

"Una harus kemana sekarang?"

Launa duduk di halte itu cukup lama. Bingung ingin pergi ke mana. Keluarganya? Pasti tidak akan menerima kehadirannya. Ia sudah pasti akan ditolak mentah-mentah. Teman? Ia tidak punya, hanya Altair satu-satunya sahabatnya.

Gadis itu mendesah kesal. Ponselnya mati karena baterainya habis. Ia tidak bisa menghubungi Altair.

Launa menatap lurus ke depan. Di jalanan banyak kendaraan yang melintas. Kendaraan masih banyak yang berlalu-lalang di jam itu.

Sebuah motor sport berhenti di depan halte tempat Launa berisitirahat. Sang pengendara itu menghampiri Launa setelah melepaskan helm full face yang dikenakannya.

Launa mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih tak percaya Gemintang ada di hadapannya. Tatapannya lekat mengarah pada Launa.

"Gemintang kok ada di sini?" tanya Launa heran.

Gemintang duduk di samping Launa. Matanya menatap pada tas-tas besar milik Launa. "Gue ngerasa bakal ada sesuatu yang menimpa lo. Jadi gue balik lagi ke rumah lo. Tapi kata satpam di rumah lo, lo udah pergi."

"Katanya lo perginya jalan kaki, jadi gue susulin deh," sambung Gemintang.

Launa tak menyahuti ucapan Gemintang. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah objek lain. Ia tersenyum miris.

Gemintang menghembuskan napasnya. Tatapannya lekat pada Launa. "Lo diusir?" tanya Gemintang dengan hati-hati.

Launa menundukkan kepalanya. Berulang kali menarik napas panjang sebelum bersuara. "Una pengen mati aja, Tang," lirih Launa. Gadis itu terlihat sangat berputus asa.

Laki-laki di samping Launa membelalakkan matanya. "Na, lo ngomong apaan, sih?" ucap Gemintang tak percaya.

Pandangan Launa terarah pada kakinya yang masih terbalut sepatu sekolah. Diam-diam air matanya jatuh. Ia memainkan jemarinya untuk menghilangkan rasa cemasnya.

Gemintang tak berani bersuara. Ia merengkuh tubuh Launa untuk masuk dalam dekapannya. Pelukan hangat itu disaksikan senja, halte, dan jalan yang masih ramai lalu-lalang kendaraan.

Tangis Launa pecah dalam dekapan Gemintang. Sedangkan Gemintang hanya mengusap pelan bahu Launa untuk menenangkannya.

"Capek, Tang. Una pengen mati aja," adu Launa pada Gemintang.

"Na!"

Launa mengeratkan pelukannya. "Mereka yang nyuruh, mereka mau Una pergi jauh, Tang. Mereka mau Una mati. Mereka gak peduli sama Una," adu Launa di sela-sela tangisannya dalam dekapan Gemintang.

"Terus lo mau bundir? Itu bukan solusinya, Na."

"Una harus gimana?" Air mata Launa membasahi seragam milik Gemintang.

UNIVERSE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang