Haii gengss🐣
Selamat malam minggu🤗
Yang jomblo pada malming dimana? Kalo ze mah tim malming di kamar wkwk😬✌🏻
VOTE dulu sebelum baca!
Ramaikan komentar😉
Selamat membaca🦋
******
Mentari mulai menyinari bumi. Cahayanya belum terlalu terik. Langit hari ini sedang cerah. Tidak seperti hari-hari sebelumnya.
Pukul 8 tepat, begitulah yang tertera di jam tangan milik Altair. Gerbang depan SMA Cahaya sudah tertutup rapat. Satpam penjaganya pun tak berbaik hati untuk membukakan gerbang untung Altair. Dengan tergesa-gesa, Altair berjalan menuju gerbang belakang.
Akibat begadang, Altair jadi bangun kesiangan. Laki-laki itu juga tidak menjemput Laura, pacarnya. Biarkan, Altair juga sedang kesal dengan gadis itu. Ia baru saja tahu Launa diusir oleh Chandra.
Altair sangat kesal dengan Laura. Gadis itu merahasiakan kepergian Launa darinya. Dengan sengaja ia mendiamkan Laura dari kemarin.
Laki-laki itu bernapas lega. Ia sudah masuk dengan aman di wilayah SMA Cahaya. Altair pun segera melangkah menuju kelasnya.
"Berhenti Altair!" teriak seseorang.
Baru satu langkah, Altair sudah diteriaki. Jelas ia mengenal suara itu. Tubuhnya kaku seketika. Dengan pasrah membalikkan tubuhnya.
Tatapan Altair jatuh pada Pak Bejo yang menatapnya datar. Di samping Pak Bejo ada Rian-Afrian Anugraha-ketua OSIS SMA Cahaya. Laki-laki dengan jas almamater OSIS berwarna hijau botol itu menatap Altair dengan remeh.
Mata elang Altair menghunus tajam netra Rian. Tangannya terkepal melihat musuh bebuyutannya sejak masuk SMA Cahaya. Altair mendengus, Rian selalu saja cari perhatian para guru.
"Jam berapa ini, Ta?" tanya Pak Bejo.
"Delapan," jawab Altair enteng.
Pak Bejo menatap nyalang Altair. Mukanya memerah menahan amarah. "Hormat di tiang bendera sampai jam istirahat!" ucap Pak Bejo murka.
Altair mendengus pelan. Kemudian berjalan mendahului kedua orang itu. Ia berjalan menuju lapangan guna menjalankan hukumannya.
"Rian, awasi dia," perintah Pak Bejo. Rian mengangguk patuh. Segera ia pamit untuk mengikuti Altair.
******
Hampir lima belas menit telah berlalu. Altair sudah melaksanakan hukumannya selama itu. Peluh keringat sudah membasahi dahinya. Walau matahari belum terik, tapi itu sudah mampu untuk membuat kepanasan.
Di samping Altair sudah ada Gemintang. Laki-laki itu juga datang terlambat. Yang menciduknya bukan Pak Bejo, tetapi Ibu Wati.
Dahi Gemintang sudah bermandikan peluh keringat. Padahal baru saja di jemur lima belas menit yang lalu. Ia memutar bola matanya malas saat melihat Rian masih mengawasinya.
Altair menatap tajam Rian. Laki-laki itu tidak bosan mengawasinya. "Minggat sono!" desis Altair.
Rian tak bergeming. Ia duduk di tempat teduh. Matanya tak lepas mengawasi dua murid bandel itu. Senyum remeh dilontarkan untuk Altair.
"Gue gak bakal kabur. Lo minggat aja sono," ucap Altair sewot.
"Apa jaminannya?"
Altair berdecak kesal. Berbicara dengan Rian selalu saja mengurus banyak tenaga. Lebih baik ia fokus saja pada hukumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE [END]
Novela JuvenilHellooo! ⚠️Jangan lupa tinggalkan jejak ⚠️ ⚠️ Follow akun author⚠️ ••••• "Salah kalau Una cuma minta perhatian kalian?" -Nazifa Launa Altala Kisah sederhana dari gadis sederhana. Gadis yang selalu ingin mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang...