Setelah percakapan tadi sore, Kyara dan aku tidak lagi banyak melakukan interaksi. Kyara masuk ke dalam kamar setelah makan malam dan setelah memastikan bahwa orang tuaku sudah berada di kamar yang nyaman. Aku sangat suka melihat bagaimana Kyara memperlakukan orang tuaku. Aku suka bagaimana Kyara memperlakukan aku. Aku suka semua tentang Kyara. Mungkin ini yang orang-orang sebut sebagai jatuh cinta.
Kyara masuk ke dalam kamar dengan pakaian tidur kesukaanku. Celana super pendek dan baju dengan tali yang hanya sebesar spaghetti, rambutnya diikat habis ke atas dan hanya meninggalkan anak-anak rambut yang jatuh di lehernya. Sungguh pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan.
"Ra?" panggilku.
"Ya, Lan?" sahutnya dari dalam kamar mandi.
"Ngapain?"
"Kasih makan kuda."
Aku menyusulnya ke dalam kamar mandi. Sudah lebih dari dua puluh menit Kyara berada di dalam kamar mandi dan aku menjadi khawatir.
"Lan?" panggil Kyara.
Aku berjalan mendekatinya, "ya, Ra?"
"Aku kenapa belum datang bulan, ya?" tanyanya dengan muka cemas.
"Belum tanggalnya mungkin?" balasku sambil mengangkat salah satu alis.
"Sudah lewat satu minggu, Lan..."
"Are you sad?" tanyaku sambil mendatangi Kyara di samping bathtub.
"We are not ready for this," katanya, tidak menjawab pertanyaanku.
Aku mencoba mengelus punggungnya dengan sangat lembut, mencoba mendalami apa yang Kyara rasakan.
"Want to make sure about it?"
"Test pack maksud kamu?" Kyara mengernyitkan dahinya.
"Ya kalau mau lebih yakin lagi kita ke dokter, Ra..."
"Lan, poinnya bukan itu. Aku yakin kamu nggak siap punya anak dari aku," jawab Kyara.
"We'll never know until we have tried," kataku asal.
Kyara menatap aku dengan wajah sendu, "nggak usah mencoba juga aku tahu kalau kamu jelas nggak siap untuk ini, Lan..." lirihnya.
"Besok pagi akan aku belikan test pack, ya? You don't need to be worry," kataku berusaha menenangkan Kyara, "apa rencana kamu besok pagi?"
"Nggak ada, Lan... Nggak tahu kenapa, aku jadi malas ke kafe," gelengnya lemah.
Memiliki anak memang bukanlah hal yang pernah terlintas di dalam kepalaku. Jangankan untuk menimang bocah, menikah saja sebenarnya tidak pernah menjadi hal yang pernah terlintas di kepalaku. Sejak Papa memaksa semua keinginannya padaku, aku berubah menjadi seseorang yang tidak lagi memiliki hasrat untuk hidup. Semua keputusan mengenai hidupku, aku serahkan kepada Papa. Bahkan, sampai akhirnya aku memilih menjadi pengangguran seperti sekarang. Laki-laki dua puluh delapan tahun yang menggantungkan hidupnya pada kerajaan bisnis yang dibangun oleh orang tuanya sejak lama. Mobil yang aku pakai, rumah yang aku tempati, dan juga nafkah yang aku berikan kepada Kyara, semuanya murni berasal dari bisnis Papa. Aku tidak pernah menghasilkan satu sen pun sejak lulus kuliah enam tahun yang lalu. Sungguh waktu yang sangat lama untuk aku buang-buang begitu saja.
Ketika melihat Kyara berjuang untuk mengelola usaha yang dia jalankan sejak masih duduk di bangku kuliah, ada perasaan malu terbersit di dalam hatiku. Perempuan itu begitu teguh menjalankan usaha yang dia mulai dari nol sampai bisa sebesar ini sekarang. Tidak pernah sekalipun aku melihat Kyara menyerah dalam mengembangkan kafenya, padahal aku yakin banyak sekali halangan yang merintangi perempuan dua puluh enam tahun itu selama membesarkan usahanya. Padahal Kyara berasal dari keluarga yang sangat berada, tapi sama sekali tidak membuat Kyara memilih untuk menjadi tuan putri yang hanya menunggu warisan dari orang tua jatuh ke tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/300387689-288-k792327.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan yang Aku Nikahi
Любовные романыSelain membutuhkan pasangan, menikah juga membutuhkan cinta. Namaku adalah Alan Chevalier Hartadi. Laki-laki dua puluh sembilan tahun dengan fisik yang tidak perlu diragukan lagi dan kekayaan yang begitu melimpah. Aku rasa, aku tidak memiliki kesuli...