Bagian 47: Breakeven

467 35 0
                                    

Kami sudah duduk dengan baik sekarang. Ada Ethan tepat di depan Farra, ada Kyara di samping kirinya, dan ada aku yang duduk berhadapan dengan Kyara. Sebuah formasi yang tidak sengaja tercipta, tapi menghasilkan sebuah kemenangan untukku. Aku yakin bahwa Ethan tidak akan merombak posisi ini, dia bukan lagi anak SMA yang pantas merajuk hanya karena permasalahan posisi duduk yang tidak sesuai dengan harapannya. Aku menikmati kemenanganku ini, karena sekarang aku bisa dengan bebas memandang wajah Kyara di depanku, sementara Ethan tidak mampu berbuat apa-apa.

"Tujuanku datang ke sini adalah untuk bertemu Kyara, juga Farra," aku mencoba membuka percakapan.

Ethan melirikku sekilas, "untuk apa kamu bertemu Kyara dan Farra di waktu yang sama?" tanyanya dengan tidak ramah.

Aku mengulum senyum, "semalam aku nggak sengaja menjatuhkan hand phone milik Kyara, Than..."

"Lalu?" potong Ethan sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

"Lalu aku berjanji untuk membelikan yang baru buat dia," aku masih mencoba untuk menguasai diriku sendiri.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau hand phone kamu rusak, Ra?" kali ini Ethan beralih kepada Kyara di sebelahnya.

"Aku merasa nggak harus semua orang tahu bahwa hand phone aku rusak, Than..." Kyara menatap Ethan dan aku bergantian, "untuk apa, kan?"

Seorang pelayan datang membawa nampan dengan empat gelas berisi es kopi di atasnya. Aku tahu bahwa Kyara sengaja memberi instruksi kepada staff-nya agar mengantarkan kopi tanpa sepengetahuan kami.

"Thank you, Dissa..." Kyara menerima gelas-gelas dari atas nampan itu satu per satu.

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Mbak Kyara?" Dissa tersenyum ramah.

Kyara menggeleng cepat, "nggak, Dis... Terima kasih, ya?"

Setelah Dissa berpamitan kepada kami semua, Kyara segera meletakkan gelas-gelas itu di hadapan kami masing-masing. Aku menatap Kyara yang sedang sibuk menata tatakan gelas di depan Ethan. Dia melayani Ethan dengan sangat baik, persis seperti saat dia melayani aku sebagai suaminya di dalam masa komaku. Ada perasaan iri ketika aku melihat Ethan mendapatkan perlakuan istimewa dari Kyara seperti itu.

"Ini arabika dengan soy milk, karamel, dan bubuk kayu manis. Kalau ada yang nggak suka dengan susu kedelai, biar aku bilang sama anak-anak untuk menggantinya," terang Kyara sambil mengangsurkan dua buah gelas ke depan Farra dan aku.

"Aku kan nggak suka soy milk, Ra... Masa kamu lupa?" protes Ethan.

Kyara berpaling ke arah Ethan, "oh? Iya, kah? My bad, Than... Akan aku tukar," dia menjadi panik.

Sekali lagi aku tersenyum kecil. Kyara boleh mengaku bahwa dia lupa kalau Ethan tidak suka dengan susu kedelai, tapi aku tahu bahwa racikan kopi ini adalah racikan kopi kesukaanku, bukan untuk Ethan. Aku yakin bahwa Kyara tidak tahu kalau Ethan tidak suka susu kedelai bukan lupa, dan aku tahu bahwa Kyara tahu aku suka minum kopi dan susu kedelai.

"Coba dulu, Than! Ini enak!" seruku sambil meneguk kopi dingin itu melalui sedotan.

Ethan melirikku sekilas, "untuk orang yang suka kopi, seleramu termasuk payah ya, Lan?" ejeknya.

"Mungkin seleraku memang payah, Than... Tapi kopi dingin ini benar-benar enak. You should give it a try!" kataku sambil menatap Kyara yang ternyata juga sedang menatapku.

Aku tidak dapat memaknai secara pasti apa arti tatapan Kyara padaku tadi, tapi aku merasa senang ketika perempuan itu menatapku begitu lama. Ethan boleh menjadi laki-laki yang istimewa di samping Kyara, tapi aku tahu bahwa aku adalah laki-laki yang tidak mungkin terganti di hatinya. Aku merasa menang poin lagi dari Ethan kali ini. Tapi cukup aku yang mengetahui soal poin-poin ini, si Bule biar saja menghitung pencapaiannya sendiri.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang