Bagian 33: Bukan Lawan Untuk Ethan

635 54 0
                                    

Baru saja aku sampai ke dalam rumah ketika telepon seluler di dalam saku kemejaku berdering. Sengaja aku tidak ingin menerima panggilan dari siapa pun sore ini, aku hanya ingin masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di atas kasurku yang empuk.

Aku menuju dapur untuk mencari segelas air dingin di dalam kulkas. Melepaskan segala penatku seharian ini. Terlalu banyak hal yang silih-berganti datang di dalam kepalaku. Salah satunya tentu saja tentang permintaan Papa untuk menikah. Papa bukan lah satu-satunya orang yang mendesak aku untuk segera menikah, ada Mama juga yang tidak berhenti bertanya siapa pacarku sekarang.

TING!!!

Teleponku berbunyi lagi, ada satu pesan masuk. Dengan enggan, aku melihat siapa yang mengirimku pesan itu.

"Kyara!" seruku sangat gembira ketika melihat nama perempuan itu muncul di layar teleponku.

Tanpa menunggu lama, setelah aku membaca pesan singkatnya, aku segera meneleponnya.

"Sorry, Ra... Aku tadi lagi di jalan, jadi nggak sempat mengangkat telepon kamu," kilahku.

"It's okay, Lan... Kamu di mana ini?" tanyanya dari seberang.

"Baru sampai rumah, Ra..." jawabku sambil tersenyum bahagia, "ada apa?"

"Makan malam bisa, Lan?"

Tanpa banyak berpikir, tentu saja aku segera menyetujui ajakan perempuan dambaanku ini. Sudah beberapa hari aku sengaja tidak menghubunginya, aku berharap agar dia mencariku dan benar saja, harapanku terkabul hari ini.

"Aku jemput kamu sebentar lagi, ya? Aku mandi dulu. Kamu dandan yang cantik, Dear..." kataku mengakhiri panggilan itu.

Seperti anak kecil, aku segera melompat kegirangan setelah aku matikan panggilan Kyara tadi. Aku begitu bahagia mendengar suaranya walaupun hanya lewat kabel. Baru kali ini aku merasa seperti ini. Jatuh cinta memang bukan hal yang biasa buat aku, aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Kyara adalah perempuan yang berhasil membuat aku mengalami apa itu jatuh cinta.

***

"Hai, Lan!" sapa Kyara begitu pintu rumahnya terbuka, "masuk dulu, ya?" Kyara memberi jalan kepadaku.

"Kita mau makan di mana, Ra?"

"Kalau melihat suit yang kamu pakai, seharusnya kita makan di tempat yang agak fancy ya, Pak?" kelakarnya.

"Am I overdressed, Dear?"

"Nope," Kyara menggeleng cepat sambil tersenyum, "I like your style, Lan..."

Aku tahu itu bukan pujian yang berarti, tapi karena itu keluar dari mulut Kyara, maka tentu saja terdengar berbeda untukku.

"Cukup untuk membuat seorang Kyara Sherianne Nadira jatuh cinta?" godaku.

"Wow! You really have a nerve, Alan!" pekik Kyara sambil menatapku dalam-dalam.

Menyadari bahwa posisi perempuan dengan dress di atas lutut ini begitu dekat denganku, sontak keberanianku muncul. Aku meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya untuk menjadi semakin dekat denganku. Wajah kami bertatapan sampai aku bisa melihat manik mata kecoklatan milik Kyara. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan.

"I really have a nerve, Dear..." bisikku di depan wajahnya.

Kyara tersenyum, "tapi jangan berpikir bahwa akan semudah itu aku jatuh cinta sama kamu."

"Oh, come on!" kataku sambil mengecup bibirnya dengan sangat lembut.

***

Kami sampai di sebuah restauran dengan nuansa serba putih. Ingatanku kembali kepada masa-masa itu, restauran ini adalah tempat di mana aku mengajak Kyara berkencan setelah hampir dua tahun kami menikah. Sebuah tempat yang menurutku akan disukai oleh Kyara saat itu, tempat yang pada akhirnya membuat aku ikut menyukainya.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang