Bagian 2: Sehari di Rumah

1.6K 124 2
                                    

Aku baru pulang ke rumah tepat jam dua dini hari tadi. Tentu saja Kyara sudah tidur lelap saat itu. Sekarang aku bangun dan kulihat ranjang di depanku kosong. Kyara sudah bangun rupanya. Dia memang tipe orang yang selalu bangun pagi.

Segera aku keluar kamar setelah menggosok gigi dan berganti pakaian. Pakaian yang sudah disiapkan Kyara di meja dekat ranjangku dengan sangat rapi dan dengan warna yang selalu serasi.

Aku menyisir rambutku dengan jari-jari sambil menuruni anak tangga. Kulihat ruang kerja Kyara kosong, hanya ada secangkir susu cokelat yang tersisa setengah di dalam gelas dan lembaran kertas-kertas milik Kyara.

"KYARA!" seruku lantang.

Kyara datang tergopoh-gopoh sambil mengelap tangan dan kakinya dan menghampiriku di dekat tempat cucian piring.

"Ya, Lan? Ada apa?" tanyanya, "aku lagi menyiram tanaman di luar."

Aku menatapnya lagi, kali ini aku sengaja menatapnya tepat ke dalam dua manik mata coklatnya. Kyara menunduk untuk menghindari pandanganku.

"Aku mau makan!" pintaku dengan sedikit kasar.

"Aku sudah masak, Lan... Ada ikan goreng, sambal kecap, dan cah tauge atau kamu mau aglio olio? Kalau mau, tinggal aku panasin sebentar."

Aku berdecak kesal, "aku makan apa yang kamu makan. Kita makan bareng!"

"Tapi aku sudah makan, Lan... Tadi sebelum menyiram tanaman, aku makan cukup kok... Bahkan aku sempat minum susu hangat. Kamu mau susu atau kopi?"

"Aku mau kamu makan bareng sama aku. Temani aku makan. Duduk dekat aku. Makan sampai selesai sama aku," jelasku sambil menarik tangannya kuat-kuat.

Sempat kulihat Kyara meringis kesakitan karena cengkeraman tanganku pada tangannya terlalu kuat, tapi aku tidak peduli. Tetap saja aku bawa dia ke ruang makan dengan kasar.

"Lan..." suaranya melirih, "aku sudah kenyang..."

"Aku nggak mau tahu!"

Matanya berkaca-kaca, rupanya kali ini Kyara tidak lagi bisa menahan tangisnya. Dia terisak sambil terus berusaha melepaskan tanganku dari pergelangan tangannya.

"Aku... Aku... Aku nggak biasa makan bareng kamu. Kita nggak seharusnya makan bareng, Lan... Lagipula aku sudah makan," suaranya sedikit memohon.

"Kenapa nggak seharusnya kita makan bareng? Hah?!?" hardikku.

Tangan kanan Kyara memegangi tanganku, memohon supaya aku melepaskan tangan kirinya dan membiarkan dia kembali pada rutinitasnya.

"Karena aku nggak biasa makan bareng sama kamu..." jawabnya masih lirih.

Sejak awal menikah sampai sekarang, aku memang tidak pernah sama sekali mengajak Kyara makan bersamaku. Entah di rumah, entah makan di restauran di luar sana, atau di mall, sama sekali aku tidak pernah mengajaknya makan berdua denganku. Dia tidak pernah meminta, juga tidak pernah marah ketika aku malah mengajak Farra makan di mana saja berdua denganku.

"Kamu nggak suka sama aku?" aku menatapnya tajam.

Kyara membalas tatapan mataku dan menggigit bibir bawahnya, "suka kok, Lan... Suka..."

Aku melepaskan cengkeramanku dari pergelangan tangannya. Kyara mengelus pergelangan tangannya yang kulihat cukup memerah. Aku merasa sedikit keterlaluan karena telah membuat tangannya sakit, tapi tidak ada keinginanku untuk mengelusnya bahkan minta maaf saja aku tidak mau.

Kami duduk di ruang makan sekarang, Kyara mengambil tempat yang sama seperti kemarin ketika aku memintanya makan bersamaku.

"Kamu nggak dengar tadi aku bilang apa? Duduk dekatku!" perintahku dengan lantang.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang