Bagian 56: Tentang Benih yang Pernah Ada di Dalam Rahim Danish

485 21 0
                                    

Kyara melepaskan tangannya dari leherku saat terdengar sebuah ketukan di pintu. Aku tidak begitu saja merelakannya untuk bangkit dan berjalan ke arah pintu, sengaja aku meraih tangannya dan menariknya agar dia kembali ke pangkuanku. Lagipula ini sudah hampir jam satu dini hari, siapa yang berani mencari Kyara di waktu yang sangat tidak layak seperti sekarang ini? Selain karena mengganggu waktuku bersama Kyara, hal itu tentu saja juga tidak sopan. Kyara sempat melihat ke arah tangannya yang aku genggam, kemudian memandangku dalam-dalam.

"Lan?" panggilnya sambil memutarkan bola matanya ke arah pintu, "nggak mungkin kamu nggak dengar suara itu, kan?"

Aku menggeleng, "nope!" bantahku.

"Alan!" mata Kyara melotot.

"Biar saja kenapa sih, Ra? Nggak sopan bertamu jam segini juga..." aku tetap tidak ingin melepaskan tangan Kyara.

"Ya?" Kyara berkeras untuk berdiri, meninggalkan aku sendiri di atas tempat tidurnya.

Tidak ada suara yang menjawab pertanyaan Kyara di luar. Pada akhirnya aku menjadi penasaran juga dengan siapa yang mencari Kyara pagi-pagi buta begini. Tanpa berdiri, aku terus mengawasi pintu kaca yang mulai terbuka itu.

"Hai!" sapa seorang perempuan dari luar pintu.

Aku sudah sangat hapal dengan suara itu, suara yang akhir-akhir ini rajin sekali menyapa telingaku. Sengaja aku tidak beranjak dari ranjang Kyara, aku berdiam di tempatku. Menunggu apa yang akan dilakukan Danish terhadap Kyara di ambang pintu. Rupanya Danish juga tidak tahu bahwa ada aku di dalam tenda Kyara.

"Kamu Kyara, kan?" tanya Danish dengan nada meremehkan.

"Bukannya kamu sudah tahu?" balas Kyara sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Tampak dengan jelas bahwa perempuan itu sengaja menghalangi pemandangan di dalam tendanya, dari sini aku mencoba untuk berlindung di balik tirai yang menghalangi sisi kanan dan kiri ranjang Kyara. Seolah meng-amin-kan keinginan perempuan itu agar tidak ada orang yang tahu bahwa ada aku di dalam tendanya, aku berpindah duduk di lantai, tepat di samping ranjang Kyara.

Danish mendorong tubuh Kyara, memaksa untuk masuk ke kamar, "aku mau bicara sama kamu!" katanya kasar.

"Aku nggak mau bicara sama kamu!" balas Kyara, tidak bergeming.

Secara fisik, Kyara jelas lebih tinggi daripada Danish. Tentu saja perbedaan tinggi badan itu membuat Danish sedikit kewalahan untuk menentang tubuh Kyara yang berdiri tegap di ambang pintu tenda sambil tetap melipat tangannya di depan dada. Kyara tampak santai menghadapi perempuan itu, sementara aku jadi ingin keluar dari tempatku bersembunyi. Jujur saja, aku tidak tahu kenapa aku harus bersembunyi saat ini. Seharusnya tidak menjadi masalah jika Danish tahu bahwa aku ada di dalam sini, bukan?

"Jauhi Alan!" kata Danish dengan nada tinggi.

"Karena?" Kyara menantang balik.

"Alan bukan untuk kamu, Kyara! Dia seharusnya menjadi milikku, sejak awal!" balas Danish menggebu-gebu, "kami nggak terpisahkan. Kemudian kecelakaan itu terjadi dan kamu datang dalam kehidupan kami, merusak semuanya!"

"Aku nggak mengejar Alan. Kamu bisa tanya sama Alan, siapa yang mengejar siapa," jawab Kyara, terdengar santai.

"Kalau kamu mau meninggalkan Alan, aku rasa dia nggak akan mengejar kamu lagi..." lirih Danish menjawab.

Kyara menyentuh bahu Danish perlahan, "sama seperti kamu... Aku juga menyimpan perasaanku untuk Alan sejak lama. Sejak kami bertemu, saat kami masih duduk di bangku sekolah. Dan menurutmu, apa aku akan melepaskan kesempatan sebesar ini begitu saja?" Kyara menurunkan volume suaranya.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang