Bagian 10: Mencintai Kyara

1.4K 94 0
                                    

Aku kembali ke dalam kantor Kyara setelah kejadian itu. Aku sengaja membuat Farra tidak bisa mengejarku, karena aku sedang tidak ingin memperpanjang kejadian ini. Aku sudah berpikir matang-matang untuk menyelesaikan hubunganku dengan Farra dan mencoba menjalani rumah tangga yang seperti seharusnya dengan Kyara.

Tanpa mengetuk pintu ruang kerja Kyara, aku segera menerobos ke dalam kantornya. Kyara tidak tampak kaget sama sekali. Matanya tetap terpaku pada layar komputer di depan matanya.

"Sudah, Lan?" tanyanya santai tanpa melihat ke arahku.

"Sudah," jawabku singkat.

"Gimana perasaan kamu?" tanya Kyara lagi, kali ini dia bangkit dari tempat duduknya.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Kyara, tiba-tiba pintu kantor Kyara diketuk oleh seseorang. Kyara membukakan pintu dengan segera, sebab suara ketukan di balik pintu itu terdengar begitu menggebu.

"Silakan masuk, Ibu Farra..." kata Kyara sambil mempersilakan tamunya masuk.

Aku menghela nafas panjang. Padahal dengan susah-payah aku mencoba menghindari Farra setelah memutuskan hubungan dengannya, justru oleh Kyara aku dipertemukan lagi dengannya. Aku mengusap wajah dengan kesal.

"Alan!" teriak Farra sambil berjalan cepat ke arahku.

Aku berdiri menyambut kedatangannya dan menyuruh Kyara untuk menutup pintu kantornya. Tampak di belakang Farra, ternyata laki-laki yang makan bersama dia juga ikut masuk ke dalam kantor Kyara.

"Apa maksud kamu tiba-tiba memutuskan hubungan dengan aku seperti ini?" Farra meledak-ledak.

"Karena aku ingin bersikap benar, Farra..." jawabku ringan.

"Bersikap benar dengan cara memutuskan hubungan kita? Benar dari mana, Alan?" cecar Farra tanpa ampun.

"Ini bukan tentang kamu dan aku, Farra!" sergahku cepat sebelum dia mulai mencecar lagi, "Ini tentang Kyara dan aku. Aku rasa kita semua tau siapa yang brengsek di sini. Aku! Dan aku sudah merasa cukup. Sekarang saatnya aku berusaha memperbaiki keadaan!"

Farra terlihat terisak, "aku nggak bisa hidup tanpa kamu..."

"Kamu punya dia!" bantahku cepat sambil menunjuk kepada laki-laki yang dari tadi diam mematung di dekat pintu.

"Tapi... Tapi... Aku nggak ingin kita berakhir, Alan..." Farra semakin terisak.

Tanpa banyak kata lagi, laki-laki itu kemudian menggandeng Farra untuk menuju keluar kantor Kyara.

"Mungkin aku tidak memiliki kekayaan dan ketampanan seperti yang Alan punya, Farra... Tapi aku punya hati yang nggak terbagi," ucapnya sambil mengelus pundak Farra.

Aku menghela nafas panjang. Ingin sekali aku berteriak sekarang.

"SIAL!!!" umpatku sambil menghentakkan kaki ke lantai kayu kantor Kyara.

Kyara menghampiriku dan memberikan pelukan erat kepadaku. Dielusnya punggungku. Ada perasaan nyaman yang kemudian datang ke dalam dadaku, hangat rasanya.

"Kamu mau aku bikinkan kopi?" tanya Kyara sambil menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

Aku mengangguk lemah, "asal kamu yang bikin, bukan barista kamu."

Kyara tersenyum dan meninggalkan aku di dalam ruang kerjanya. Kalau saja aku tidak malu, mungkin air mataku sudah menganak sungai sekarang. Untung aku masih punya kekuatan untuk menahan air mata.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar ruang kerja Kyara yang dominan berwarna coklat ini. Suasana di dalam ruangan ini terasa begitu bersahabat, Kyara sangat pandai mengatur tempatnya bekerja sehingga nyaman untuk berlama-lama di sini.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang