Bagian 21: Kencan

751 69 2
                                    

Kejadian semalam tentu saja membuat pagi ini dimulai dengan hal yang tidak baik bagiku. Udara pagi yang dingin, ditambah lagi wajah Kyara yang terlihat sangat tidak bersahabat denganku sejak matanya terbuka.

"Ra..." panggilku dengan manja.

Kyara masuk ke dalam kamar dengan penampilan yang sudah rapi dan aroma parfum yang menguar ke udara. Aku menatap wajahnya yang telah tersapu make-up tipis. Lipstick warna persik yang sungguh pas menempel di bibirnya, membuat aku ingin melumat habis bibir menggiurkan itu.

"Kamu mau ke mana?" tanyaku sedikit keras.

"Kafe," jawab Kyara singkat.

"Aku ikut!" ucapku lalu bangkit dari tempat tidur.

Kyara menghentikan langkahku dengan cara berdiri di dekat ranjang. Ada jeda sejenak saat aku nyaris menubruk tubuh Kyara.

"Bukannya aku sudah bilang semalam?" Kyara berdiri sambil melipat tangannya, sangat angkuh.

"Aku nggak dengar apa-apa semalam," tampikku tegas, "selain hujan."

"You heard it, Alan! Aku nggak mau kamu terlalu dekat sama aku untuk saat ini!"

"Aku suami kamu, Ra! Paling nggak sampai tahun depan, kalau itu yang kamu mau," aku menghela nafas sebentar, "jadi sampai batas waktu yang kamu tentukan itu, semua hal yang kamu lakukan selalu ada sangkut-pautnya sama aku!"

"For the sake of God, stay away from me, Alan!" teriak Kyara, seolah menantang keberanianku.

Seperti tidak sadarkan diri, aku mendorong tubuh Kyara cukup keras. Membuatnya jatuh terduduk di atas lantai. Ketika aku melihat bahwa perempuan itu terduduk di lantai, baru aku menyadari apa yang telah aku lakukan kepadanya.

"I don't mean it, Dear..." spontan aku mendatanginya dan berusaha membantunya berdiri.

Aku melihat Kyara meringis sambil memijit tangannya yang menjadi tumpuan saat dia jatuh. Aku meraih tangan itu, penyesalan tentu saja langsung menyergap ke dalam diriku.

"Menikah denganmu ternyata bukan hal yang mudah, Lan..." lirih Kyara berkata, "aku nggak menduga bahwa menikah dengan kamu justru akan menjadi hal buruk seperti ini."

Aku menggeleng cepat, "nggak, Ra... Sungguh, aku nggak berniat menempatkan kamu dalam kesulitan seperti ini. I swear! Aku nggak sengaja..."

"Alan... Stay away from me, please... For awhile..."

***

Dengan berat hati, aku melepaskan Kyara untuk pergi ke kafenya sendirian hari ini. Aku bukan tidak ingin berusaha mendapatkan ijin Kyara untuk mengantarkan dia menuju kafe, tapi aku tidak ingin membuat suasana hati Kyara menjadi semakin buruk.

Sarapan pagi sudah terhidang rapi di meja rupanya. Kyara membuat nasi goreng, ayam goreng, dan telur mata sapi. Secangkir kopi yang mulai dingin juga sudah siap di atas meja, di sampingnya ada roti panggang dengan mentega. Perutku meronta minta diisi ketika hidungku mencium aroma lezat dari makanan di hadapanku.

"She never fails to amaze me," gumamku sambil menyendok nasi goreng.

Setelah suapan terakhir dari nasi goreng di meja telah masuk ke dalam mulutku, aku beranjak ke depan televisi. Aku sedang tidak ingin melakukan apa-apa hari ini, suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja. Akan lebih baik jika aku memilih tidur seharian di dalam kamar.

Telepon selulerku berdering, satu panggilan masuk, dan senyumku terkembang saat aku melihat siapa yang memanggil.

"Ya, Ra? Ada apa?" tanyaku renyah.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang