Bagian 30: Mendapatkan Kyara

1.2K 72 4
                                    

Setelah kejadian di apartment itu, sudah dua minggu aku berusaha menghindari Farra. Beberapa kali perempuan itu menghubungi aku, tapi aku sama sekali belum mempunyai keinginan untuk membalas semua pesannya atau menjawab semua panggilannya. Aku sedang ingin istirahat dari semua perempuan yang memiliki urusan sangat pribadi denganku.

Aku hanya ingin kembali pada rutinitasku untuk membangun kerajaan bisnis yang lebih besar dan berusaha untuk menghindari segala hal yang hanya akan membuat pikiran nakal menguasai diriku.

Tapi kemudian, pagi ini ketika aku sedang serius memperhatikan presentasi karyawan penjualanku tentang strategi pemasarannya, sebuah panggilan telepon masuk. Buru-buru aku mengangkatnya.

"Ya, Dear?" jawabku ketika aku sudah berada di luar ruang rapat.

"Mas, bisa kita makan siang hari ini?" suara Danish terdengar di seberang.

Aku berpikir sejenak, "di mana?"

"Nanti aku kasih tahu lokasinya."

***

Siang ini, seperti janji yang aku buat dengan Danish tadi pagi, aku berada dalam perjalanan untuk menemuinya di sebuah kafe yang lokasinya sudah dia kirimkan padaku beberapa jam yang lalu. Letak kafenya cukup jauh dari dealer yang mana adalah hal yang aku rasa cukup bagus. Aku sudah tidak ingin terlihat bersama perempuan ketika di kantor. Selain terkesan tidak profesional, hal itu tentu juga akan membuat banyak gosip beredar tentangku.

Lima belas menit berkendara, akhirnya aku sampai pada sebuah bangunan kafe dengan nuansa industrial yang cukup kental. Aku terpaku di dalam mobil ketika melihat bangunan yang sangat aku kenal ini. Dadaku bergejolak hebat, otakku seketika memutar semua memori yang aku alami selama koma. Kafe ini adalah kafe yang sama persis dengan milik Kyara di dalam masa-masa komaku. Dadaku mendadak sesak, seperti ada gulungan ombak besar yang menghantam.

Dengan harapan yang begitu besar, aku turun dari mobilku. Berjalan menyusuri jalan berbatu untuk menuju ke dalam kafe itu. Ingatan kembali kepada setiap jengkal kebersamaanku dengan Kyara di kafe ini. Aku seolah dipaksa kembali kepada memori menyenangkan itu.

Kupejamkan mataku sejenak...

"Selamat siang, Pak..." sapa seseorang di pintu masuk kafe.

Aku tersenyum gamang, "selamat siang, Mas..."

"Sudah reservasi?" tanyanya ramah, "dengan Bapak siapa?"

"Saya Alan dan sepertinya belum ada reservasi atas nama saya," aku menggeleng, "apa ada reservasi atas nama Danish mungkin, Mas?" tanyaku sambil memperhatikan layar tablet di meja resepsionis itu.

"Atas nama Ibu Danish ya, Pak Alan?" balas si Resepsionis sambil mengecek satu per satu nama-nama di sana.

Aku menunggu beberapa saat. Kuputarkan pandanganku ke setiap sudut kafe ini. Sama persis dengan apa yang aku lihat di masa-masa itu, sungguh tidak ada yang asing bagiku kecuali para staff-nya.

"Mohon maaf, Pak Alan... Tidak ada reservasi juga atas nama Ibu Danish. Boleh saya bantu reservasinya, Pak?"

"Oke," tanpa banyak kata, aku mengiyakan tawaran laki-laki dengan kemeja hitam ini.

"Untuk berapa orang, Pak?"

"Dua, Mas..."

"Silakan ikut saya, Pak Alan..."

Aku berjalan mengekor di belakang laki-laki ini. Sampai di dalam ruangan yang cukup luas itu, aku masih tetap tidak bisa percaya atas apa yang aku lihat. Semua memang sama persis dengan apa yang pernah aku lihat sebelumnya. Aku berusaha memejamkan mata untuk menikmati setiap jengkal momen yang sedang aku alami ini. Harapanku cuma satu, bahwa aku akan menemukan wajah yang sudah lama ingin aku lihat itu.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang