Aku membanting pintu mobil Kyara dengan kasar. Tanpa mempedulikan istriku, aku segera masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar. Perasaan marah sudah mengusai diriku, rasanya sudah sampai di ubun-ubun. Aku begitu kesal dengan semua yang Kyara lakukan hari ini.
Sengaja aku tidak ingin berbicara dengannya setelah apa yang terjadi di kafe tadi. Aku benar-benar merasa dipermainkan oleh Kyara. Mulai membuatku mengajak Farra makan siang di kafenya, kemudian memperkenalkan aku sebagai sahabat yang akan menjadi investor untuk kafenya, menyediakan menu spesial untuk kami berdua yang belakangan baru aku tahu bahwa makanan dan minuman itu tidak ada di dalam daftar menunya, dan sengaja melayani kami berdua di meja. Apa sebenarnya mau perempuan ini?
Aku membanting pintu kamar dengan keras, sama seperti ketika aku membanting pintu mobil Kyara di garasi tadi. Kuputuskan untuk mengurung diri di kamar, aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun jika aku sedang tidak enak hati. Selalu itu yang kulakukan sejak dulu.
Saking kesalnya aku, dengan penuh amarah, aku mengacak-acak ranjang Kyara yang terletak di depan ranjangku.
"APA SIH MAUNYA PEREMPUAN INI?!? AAARRRGGGHHH!!!" teriakku seperti kesetanan di dalam kamar.
TOK!!! TOK!!! TOK!!!
Kudengar suara pintu kamarku diketuk. Dapat kupastikan bahwa ada Kyara di balik pintu itu.
"Aku lagi nggak ingin bertemu siapa-siapa, Ra!" sergahku.
"Aku mau ambil baju bersih, Lan..." suara Kyara terdengar datar.
"Kamu bisa pakai baju yang mana saja di luar sana, kan?" aku benar-benar tidak ingin melihat wajah Kyara.
TOK!!! TOK!!! TOK!!!
"Nggak ada, Lan... Baju bersihku sudah aku letakkan di dalam kamar ini semua..."
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dapat kulihat jelas betapa kagetnya Kyara ketika melihat keadaan kamar yang sudah berubah menjadi super berantakan, terlebih-lebih ranjangnya.
Kesalku bertambah saat aku menyadari bahwa aku tadi lupa tidak mengunci pintu kamar dari dalam sehingga Kyara bisa dengan leluasa masuk ke kamar kami.
"Kalau kamu nggak mau aku tidur di kamar ini lagi, kamu cukup bilang," Kyara berlalu melewatiku dan menuju ke arah dressing room di dekat kamar mandi.
Kemudian perempuan itu tampak sibuk mengambil seluruh pakaiannya dan memindahkannya ke dalam koper. Dia benar-benar mengemasi semua pakaiannya.
"Mau ke mana kamu?" tanyaku ketus.
"Pindah ke kamar bawah," jawab Kyara datar.
"Untuk apa?"
"Untuk membuat kamu lebih tenang mungkin..." kemudian Kyara berdiri dan menyeret kopernya melewati aku.
Dengan cekatan, aku meraih lengannya, "siapa bilang kamu boleh tidur di kamar bawah?"
"Siapa bilang aku harus minta ijin untuk tidur di kamar bawah?" balasnya sambil menghempaskan tanganku dari lengannya.
Tanpa mempedulikan aku, Kyara terus menyeret kopernya berjalan menuju keluar kamar.
"Satu langkah kaki kamu keluar dari kamar ini, lihat apa yang bisa aku lakukan sama kamu!" ancamku.
Kyara menghentikan langkahnya dan berbalik, "aku rapikan kamar kamu nanti setelah aku memindahkan semua barangku ke kamar bawah."
Dengan amarah yang belum bisa mereda dari tadi, aku berjalan cepat ke arah Kyara dan menarik tangannya kuat-kuat. Kuseret dia menuju tepian ranjangku dan memaksanya untuk duduk di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan yang Aku Nikahi
RomanceSelain membutuhkan pasangan, menikah juga membutuhkan cinta. Namaku adalah Alan Chevalier Hartadi. Laki-laki dua puluh sembilan tahun dengan fisik yang tidak perlu diragukan lagi dan kekayaan yang begitu melimpah. Aku rasa, aku tidak memiliki kesuli...