Bagian 25: Kehilangan Kyara

1.5K 84 4
                                    

"KYARA!!!" aku terengah-engah.

Keringat dingin terasa membasahi seluruh tubuhku, kemudian rasa sakit menghantam bagian belakang kepalaku dengan sangat keras. Telingaku terasa sesak oleh banyak suara yang menggangguku. Aku memejamkan mataku, berharap agar semua suara itu hilang dari gendang telinga. Tapi hal yang lebih buruk menderaku ketika aku memejamkan mata. Bayangan tentang kecelakaan itu, suara mesin mobilku yang semakin menderu, dan tubuh istriku yang terbanting ke arah dashboard, kemudian darah mengucur dari kepalanya. Tanpa sadar, air mataku kembali tumpah.

"Pak Alan?" seorang perempuan muda dengan pakaian serba putih tampak kaget melihatku.

Dengan cekatan, dia memeriksa beberapa monitor yang baru saja aku sadari memiliki kabel dan selang yang terhubung pada bagian-bagian tubuhku. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar ruangan ini, hampir seluruhnya putih.

"Mbak, saya di mana? Istri saya di mana? Apa dia baik-baik saja?" cecarku.

"Pak Alan tunggu sebentar, saya akan panggilkan Dokter Gatot," katanya, kemudian meninggalkan aku yang masih linglung.

Tidak beberapa lama, seorang dokter yang usianya tidak lagi muda mendatangi ruangan tempatku terbaring. Wajah dokter itu terlihat begitu bahagia saat melihatku.

"Bagaimana keadaannya, Nak Alan?" dia tersenyum sambil menghampiriku.

"Dokter, mana istri saya?" aku mulai kehilangan kesabaran.

"Atur nafas dulu, Nak Alan..." katanya sambil mengecek beberapa lembar kertas yang diangsurkan oleh perempuan yang aku lihat tadi, "semuanya bagus."

"Dokter, tolong... Saya ingin bertemu istri saya, Dokter!" tanpa bisa menunggu dokter itu lebih lama, aku segera beranjak dari tempat tidurku.

Seperti orang kesetanan, aku mencabut semua selang dan kabel yang menempel pada tubuhku. Aku beranjak turun dari tempat tidur dan berlari menuju keluar ruangan.

"KYARA! KYARA!" teriakku.

Beberapa petugas dengan pakaian serba putih kemudian menarikku untuk kembali ke dalam ruangan. Aku sempat melihat tulisan ICU menempel pada jendela dan pintu.

Aku meronta dengan sepenuh tenaga yang aku punya, "lepaskan saya, Pak! Saya harus melihat keadaan istri saya!"

Kemudian rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhku dan pandanganku menjadi gelap.

***

Aroma khas rumah sakit tercium olehku. Aku merasa sangat kelelahan saat ini. Ketika aku membuka mata, aku melihat ruangan baru yang kosong, hanya ada aku di dalam ruangan yang cukup besar ini. Tiba-tiba kepalaku terasa berat, aku menekan pelipisku.

CEKREEEKKK!!!

Pintu ruangan tempat aku terbaring terbuka perlahan. Ada langkah kaki menuju ke arahku, pandanganku terhalang oleh partisi berwarna putih dengan sedikit gambar bunga warna-warni di bagian bawahnya.

"CHEVA!!!" seru Mama begitu melihat aku.

Aku memandang Mama dengan heran karena air mata kemudian menganak sungai ketika Mama menghambur memelukku. Wanita yang melahirkan aku ini menangis sesenggukan di dalam pelukanku.

"Mama kenapa?" aku mengelus punggung Mama.

Mama menyeka air matanya dengan punggung tangan, "sebentar, Chev... Mama panggil papamu dulu."

Tanpa menjawab pertanyaanku, Mama meninggalkan aku duduk di atas ranjang. Aku mengamati tubuhku yang sebagian tertutup selimut. Dengan perasaan sedikit panik, aku membuka selimut yang menutup kakiku.

Perempuan yang Aku NikahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang