"Pak Alan..." suara Amanda terdengar dari pintu ruanganku yang terbuka.
"Ada apa, Sekretaris cantikku?" balasku tanpa melihat ke arahnya.
"Ada yang cari..."
Terpaksa aku mengalihkan pandanganku ke arah Amanda untuk mencoba memastikan siapa yang datang. Seorang perempuan dengan celana jeans dan blouse garis-garis berwarna salem berdiri di belakang Amanda. Gadis ayu yang tidak pernah pergi dari kepala dan hatiku.
"Lan?" sapanya dengan senyum yang membuat duniaku berhenti berputar.
Aku menatap Kyara cukup lama, menikmati paras cantiknya yang tidak pernah membuatku bosan. Tanpa terasa senyumku terkembang lebar.
"Pak?" sekali lagi Amanda memanggilku, "si Bapak kenapa jadi melamun?"
"Dih! Siapa yang melamun, Manda? Saya cuma nggak bisa nggak terhanyut sama kecantikan perempuan yang kamu bawa ke hadapan saya ini."
"Nggak heran juga korban Pak Alan banyak. Bapak mulutnya manis," ledek Amanda.
"Manda keluar dulu, ya? Kan saya sudah nggak lagi butuh sama Manda?" kataku sambil mengibaskan tangan ke arahnya.
"Saya cuma mau bilang kalau Pak Alan nggak ada jadwal makan siang dengan siapa-siapa. Jadi, Bapak tahu apa yang harus Bapak lakukan selanjutnya," Amanda menutup pintu ruanganku.
Setelah Amanda pergi dari ruanganku, aku tersenyum kepada Kyara yang sedang berdiri di dekat mejaku.
"Kamu akrab sekali sama sekretaris kamu, ya?" tanya Kyara, sangat basa-basi.
"Kenapa? Kamu cemburu?" aku mengerling jahil.
"Nggak segampang itu, Pak Alan!" tampik Kyara sambil tertawa renyah.
"Okay. Nanti juga akan ada saatnya kamu cemburu, Ra..."
"You want me to laugh or you want me to puke?"
Aku melotot, "perempuan lain nggak ada yang muntah gara-gara aku, lho..."
"Aku jadi yang pertama."
"Jadi gini, Ra... Aku akan membawa kamu pergi makan siang, tapi kamu harus bilang dulu sama aku kenapa kamu datang ke kantorku?"
"Aku mau beli mobil, Lan... Dan sebenarnya aku nggak ada niat untuk datang ke kantor kamu, karena seharusnya aku bisa langsung membeli mobil dari staff pemasaran kamu di bawah," Kyara tertawa kecil.
"Amanda yang bawa kamu ke sini?" tebakku.
Kyara mengangguk, "ya. Menurut sekretaris kamu itu, aku harus menemui kamu. Aku nggak tahu apa alasannya."
"Amanda tanya siapa nama kamu? Karena aku memang pernah bertanya sama dia, apa ada karyawanku atau siapa pun yang dia kenal bernama Kyara," jelasku.
"Karena kamu mengenal aku selama masa itu, ya?" Kyara memandangku sambil tersenyum tipis.
"Iya, Ra... Aku sangat ingin bertemu kamu. Sejak aku bangun dari koma."
***
Siang ini kuhabiskan waktu bersama Kyara di kafenya. Tadinya aku ingin mengajaknya makan siang berdua, tapi aku tidak memiliki banyak referensi kedai atau restauran atau kafe yang bagus untuk makan siang berdua dengan Kyara. Sampai akhirnya Kyara sendiri lah yang memberi tawaran untuk makan siang di kafenya.
"Kamu nggak balik kantor, Lan?" tanya Kyara sambil melihat jam di tangan kanannya.
"Halus sekali caramu mengusir aku," aku mengangkat alis kananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan yang Aku Nikahi
RomanceSelain membutuhkan pasangan, menikah juga membutuhkan cinta. Namaku adalah Alan Chevalier Hartadi. Laki-laki dua puluh sembilan tahun dengan fisik yang tidak perlu diragukan lagi dan kekayaan yang begitu melimpah. Aku rasa, aku tidak memiliki kesuli...