part 16

403 52 1
                                    

Jin Guang yao "memang seperti itulah sifat orang orang agung.
Lalu kenapa orang itu bisa memberimu permen. Itu kebetulan atau kau memang cukup dekat dengannya."

Xue Yang "itu bukan hanya cukup. (Menyeringai dan menatap lawan bicaranya itu) kami sangat dekat."

Jin Guang yao lagi lagi mengerutkan keningnya. Dia samgat penasaran dengan kisah itu. Tapi dia harus sabar dan bertanya dengan pelan, atau Xue Yang akan kesal dan mengabaikannya.
"Waaw aku terkejut dengan itu"
Kau memiliki seseorang disisimu tanpa syarat?" Itu sangat luar biasa. Apa yang kau lakukan padanya?"

Xue Yang "tentu saja. Tidak semua orang sepertimu."

Perkataan Xue Yang entah bagaimana menganggu Jin Guang yao. Dia terlihat tidak senang dengan itu, dan dia tiba-tiba  kehilangan senyumnya.

Apa yang dikatakan Xue Yang tidak sepenuhnya salah. Mereka memang bersama karna perjanjian kerja sama di antara mereka. Mereka bukan di pertemukan oleh pertemanan, kesan baik, atau apapun itu.

Mereka belum pernah saling bertemu sebelumnya. Dan saat bertemu mereka membuat perjanjian. Dan berakhir mereka kerja sama dan menghabiskan sebagian waktu bersama. Hanya itu. Seperti itulah hubungan mereka.

Tidak ada yang salah dari perkataan Xue Yang. Namun untuk beberapa alasan itu menyakiti Jin Guang yao.

Jin Guang yao pov
'Tidak semua orang sepertiku'
(Tersenyum getir) yah tentu saja. Sekeras apa pun aku berusaha aku tetaplah manusia kotor.
Mengapa aku tidak bisa seperti orang lain. Aku melakukan segalanya. Aku menahan segalanya. Bahkan meskipun setiap saat orang orang menghina ibuku, aku masih tersenyum tunduk seperti orang bodoh pada mereka.

Apa yang membedakan aku dengan mereka.
Aku menginginkan sesuatu dan aku berusaha mendapatkannya.
Bukankah semua orang juga seperti itu. Lalu apa?
Bahkan kauu... kau juga menganggap ku seperti itu...
Aku tidak peduli dengan yang lain. Tapi kau... mengapa kau masih tidak mengerti sedikitpun...

Jin Guang yao pov end

Xue Yang menyadari perubahan ekspresi Jin Guang yao. Namun dia tidak tau itu kenapa dan... tidak peduli.

Xue Yang apa dia sudah lelah? Bajingan. Dia bilang akan memberiku apapun. Hanya mencari permen saja tidak bisa. Benar benar tidak berguna.

Xue Yang "JADI KAU MAU MENCARINYA ATAU TIDAK ????"

Jin Guang yao (tersadar dari lamunanya saat mendengar teriakan Xue Yang)
"Apa kau tidak lelah? Haruskah kita istirahat dulu? Disana ada kedai. Mengapa kita tidak istirahat di sana dulu. Dan bertanya pada pemiliknya. Mungkin dia bisa membantu kita."

Xue Yang menyeringai "terserah"

Jin Guang yao "ayo..." berjalan mendahului Xue Yang.

Xue Yang mengerutkan kening di belakangnya. Merasa aneh dengan sikap Jin Guang yao yang tiba tiba berubah. Namun sepersekian detik dia langsung membuang pikiranya dan memilih tidak memperdulikannya.

Mereka berjalan bersama memasuki kedai dan memesan beberapa makanan. Xue Yang selalu memesan hal yang sama. Sesuatu yang manis. Dia akan sangat marah saat di memasuki kedai atau apapun itu yg tidak menyediakan sesuatu yang manis. Bahkan dia juga akan marah saat rasa manis dari pesanannya tidak sesuai dengan seleranya.

Bagi Jin Guang yao sangat sulit memuaskan Xue Yang.
Sebenarnya Jin Guang yao agak khawatir mengajak lelaki itu memasuki kedai yang dia sendiri belum pernah mencobanya. Ia khawatir Xue Yang akan membuat masalah di kedai itu.
Namun saat ini dia sedang tidak dalam situasi yang baik. Jadi dia tidak peduli apapun yang terjadi nantinya.

Dan benar saja. BRAAKKK.... tangan kiri Xue Yang menggebrak meja itu. Dan tangan kananya melemparkan mangkuk yang masih berisi sup panas pada pemilik kedai. Manik hitam mata Xue Yang menatap tajam sang pemilik layaknya benatang pemangsa yang telah mengunci targetnya. Tulang rahangnya menajam urat disekitar lehernya menonjol. Penampakan yang cukup mengerikan.

Jin Guang yao menarik kembali tangannya yang hendak meraih cangkir teh pesananya, mejanya sudah roboh dan telah menghancurkan apapun yang ada di atasnya. Tak ada lagi yang bisa di nikmati.

Jin Guang yao sialan...

Biasanya dia akan mengomel atau bahkan memarahi Xue Yang, tapi saat ini dia hanya menengok sekilas kearah Xue Yang dan langsung berdiri menjauh. Tidak tertarik dengan keributan yang dibuat oleh rekannya itu.

Dia hanya menonton saat Xue Yang mulai benar benar menghancurkan kedai itu. Bahkan dia hanya melirik sekilas dan tak peduli pada wanita paruh baya yang sedang menangis histeris dan berteriak meminta tolong saat kedainya di ratakan dengan tanah oleh pelanggan gila.

Jin Guang yao menjadikan itu sebagai sebuah tontonan untuk menghibur suasana hatinya.
Dia tersenyum cukup puas dengan hiburan di depannya itu.

Di sisi lain Xing Chen dan Song Lan sedang mencari roh pemangsa jiwa yang melarikan diri. Beberapa hari lalu seseorang datang pada mereka untuk memohon pertolongan. Putrinya kerasukan roh asing. Setiap malam putrinya akan keluar untuk mencari jiwa hidup dan memakannya. Xing Chen berhasil mengeluarkan roh pemangsa itu dari tubuh gadis itu. Namun Xing Chen tidak membunuhnya. Ia menyegel roh itu dalam kantung guanqingnya dan hendak mencari tempat yang sesuai untuk roh itu nantinya.

Namun entah bagaimana roh itu berhasil keluar dari kantong guanqing dan mengamuk memangsa seluruh jiwa manusia di desa. Kekuatan roh itu menjadi berpuluh puluh kali lipat. Xing Chen dan Song Lan cukup kerepotan menangkap roh itu. Dan bahkan sekarang roh itu kabur entah kemana. Mereka harus segera menangkapnya sebelum korban semakin banyak.

Song Lan "Xing Chen sebaiknya kita berpencar"

Xiao Xing Chen "itu ide bagus. Aku akan mengambil jalan timur"

Song Lan "baik. Aku ke barat. Beritau aku jika sudah mendapatkannya"

Xing Chen "tentu. Zichen tolong berhati hatilah"

Song Lan tersenyum dan mengangguk. Ia langsung berjalan ke arah barat. Sementara Xing Chen berjalan ke arah berlawanan. Sambil memegang pedangnya ia memerhatikan sekitarnya dan menajamkan pendengarannya. Mahluk itu benar benar cerdik. Dia bisa merasuki apapun. Tidak hanya manusia, dia bahkan bisa merasuki pohon atau yang lainnya.

Ketika ia sudah berjalan cukup jauh tiba tiba dia mendengar suara teriakan seseorang. Tanpa berpikir panjang Xing Chen langsung mendekati sumber suara.

Xing Chen langsung melompat dan menyerang seseorang yang sedang mencoba melukai wanita paruh baya. Mereka bertarung cukup sengit. Dentingan pedang dari mereka pun terdengar mengerikan. Kemampuan mereka cukup merip. Benar benar tidak bisa dilihat mana yang lebih unggul. Meskipun salah satunya menggunakan pedang tanpa teknik khusus namun serangannya selalu tepat dan brutal. Dia terus menyerang titik fatal lawannya tanpa memberi jeda. Sementara seseorang yang lain memiliki serangan yang lembut namun tetap kuat. Ekspresi gerakan dan serangannya terlihat sangat selaras. Tenang dan akurat.

BERSAMBUNG....

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang