Xue Yang ingin kembali bicara namun belum sempat ia membuka mulutnya tiba tiba ia merasakan sesuatu menekan bibirnya. sesuatu yang kenyal dan basah. Xing Chen entah sejak kapan ia sudah berada kembali di sebelah ranjang Xue Yang, merendahkan tubuhnya dan mencium bibir Xue Yang.
Xue Yang tersentak melebarkan matanya terkejut dengan apa yang Xing Chen lakukan. Ia bahkan kehilangan ekspresi tenang dan keangkuhan yang ia pertahankan sejak tadi.
Xue Yang memang sengaja memprovokasi Xing Chen sejak awal, ingin melihat bagaimana reaksi lelaki itu. Ingin menguji sejauh apa kesabaran lelaki di hadapannya itu.Dirinya sama sekali tidak menyangka Xing Chen begitu mudah terprovokasi. Bahkan dia bertindak sejauh ini.
Dalam ingatannya Xing Chen adalah seseorang yang begitu tenang. Pria itu tidak pernah terganggu dengan apapun, selalu berbicara dan bersikap hati hati. Apapun yang sedang lelaki itu hadapi, ia tidak pernah kehilangan kendali dirinya. Tapi apa yang sedang terjadi hari ini benar-benar di luar dugaan Xue Yang. Xing Chen apakah ini benar dia...Setelah tersadar dari keterkejutannya, Xue Yang mencoba menjauhkan diri dari Xing Chen. Dia mencoba dengan paksa memalingkan wajahnya kesembarang arah. Namun Xing Chen malah semakin menekan bibir Xue Yang dan mulai bermain disana. Dengan kondisi tangan dan kakinya terikat dan Xing Chen yang menekannya dari atas, tak ada sedikitpun celah bagi Xue Yang untuk melarikan diri.
Akhirnya ia hanya menutup mata dan menerima, ia tak berniat membalasnya. Hanya membiarkan lelaki di atasnya ini melakukan apapun padanya.
Sampai akhirnya aaakkhhhh.... Xue Yang merasakan bibir bawahnya digigit cukup kuat oleh Xing Chen dan membuatnya mau tidak mau membuka mulutnya. Memberikan akses jalan bagi Xing Chen untuk menjelajah setiap inci bagian dalam mulutnya.Merasa seseorang dibawahnya kehabisan napas, Xing Chen melepaskan ciumannya. Ia tak berniat bangkit, masih di posisi yang sama menatap dan mengelus pelipis Xue Yang basah dengan keringat.
Menikmati pemandangan lelaki dibawahnya yang dengan tidak sabaran mengambil seluruh oksigen disekitarnya. Tanpa Xing Chen sendiri sadari ia ternsenyum melihat pemandangan itu.Sementara disisi lain Xue Yang sama sekali tidak berniat membuka matanya. Ia masih bersusah payah menetralkan napasnya.
Xing Chen yang melihat lelaki di bawahnya sudah mulai bisa menormalkan napasnya, ia semakin merundukan tubunya. Mengecup singkat kening lelaki dibawahnya itu.Merasakan seseorang mencium keningnya, Xue Yang membuka mata.
Objek pertama yang ia tangkap setelah membuka matanya ialah sesosok pria yang sedang tersenyum manis padanya. Lelaki dihadapannya itu mengelus lembut kepalanya dan menatap matanya dalam. Sinar mata dari lelaki itu begitu meneduhkan. Membuat Xue Yang tak bisa mengalihkan pandangannya.
Mereka mempertahankan posisi itu beberapa saat. saling menatap dalam diam dan tak ada satupun dari mereka yang berniat membuka mulutnya.Xue Yang pov
Aku merasakan sesuatu yang basah dan hangat tiba tiba menekan bibir ku. Aku terkejut tapi tidak bisa melepaskan diri. Benda itu terus menghisap bibirku tanpa ampun dan menjelajah didalam mulutku.Aku sedang lelah sekarang, sekujur tubuh ku sakit. Tapi entah mengapa semua rasa sakit itu pelan pelan menghilang saat benda asing itu bermain main di dalam mulutku. Semua rasa sakit itu seperti tidak pernah ada. Aku mulai menikmati permainannya ini. Sesaat aku melupakan rasa benci ku padanya. Aku sedikit kecewa saat benda itu mulai menjauh dari bibirku. Namun tidak lama benda itu menempel kembali dikeningku.
Aku membuka mata ku perlahan dan melihat sosok yang sangat ku kenal tersenyum padaku. Senyum itu... senyum yang tidak pernah gagal menghangatkan hati ku. Namun aku juga merasakan sakit di dalam sana secara bersamaan. Rasa sakit yang teramat.
Orang ini benar benar berhasil mengacak-acak pikiranku. Aku membencinya. Amat sangat membencinya. Tapi aku juga merindukannya.
Aku terus menatapnya, mengunci senyuman itu dalam ingatanku sebelum dia menarik kembali senyuman itu.
Dan benar saja semyuman itu langsung hilang dari wajahnya tergantikan dengan ekspresi yang entah aku tidak bisa menebaknya.Author pov
Xing Chen masih menatap Xue Yang dalam diam. setelah sedikit tersadar ia membersihkan sisa silvanya yang tertinggal di bibir pria yang sedang terbaring didepannya itu.
Lalu tiba tiba Xing Chen merubah ekspresinya. Senyumnya luntur. Cahaya matanya kembali redup.Dia diam beberapa saat dengan ekspresi itu, lalu kemudian dia mulai bicara "mengapa kau melakukan ini?" Dulu kau tidak seperti ini. Atau... (dia diam sesaat dan menundukkan wajahnya) kau memang selalu seperti ini.
Kau hanya bermain-main dengan ku?Tanpa ia sadari buliran bening mulai mengalir dari matanya.. tubuhnya bergetar. Ia ingin mengatakan banyak hal. Namun bibirnya tertutup rapat. Ia mengepalkan tangannya, menarik napasnya dalam-dalam. Mencoba menenangkan dirinya. Meskipun hal itu tidak membantu.
Xing Chen mengingat kembali saat saat yang dia habiskan bersama pria didepannya itu..Flasback on
Ditengah malam Xing Chen berjalan sendirian melewati perumahan penduduk desa. Ia baru saja kembali dari perburuan malamnya. Ia menerima laporan dari penduduk bahwa ada mahluk aneh yg bersembunyi di dalam hutan. Ia datang untuk melihat dan benar saja. Ia menemukan ada sekelompok mayat berjalan di sana.. tidak banyak namun cukup untuk menakuti penduduk desa. Ia membunuh semua mayat itu dan menguburkannya dengan layak didalam hutan. Tidak lupa ia juga mendoakan mayat-mayat itu agar tenang dalam peristirahatan terakhirnya.Setelah selesai dengan urusannya di hutan itu, ia berjalan dengan santai untuk kembali ke rumahnya. Ia menyadari sejak di hutan tadi seseorang terus mengawasinya. Namun ia mengabaikannya dan memilih menyelesaikan urusannya.
Sampai akhirnya ia berhenti dan berbicara "Xue Yang apa kau tidak ingin berjalan di sampingku?"
Setelah mengatakan itu tiba-tiba sesosok pria melompat dihadapannya. Itu adalah Xue Yang. Xue Yang tersenyum lebar dihadapanya hingga kedua gigi taringnya terlihat. Xing Chen selalu menyukai semyum itu. Semyum yang memperlihatkan kedua gigi taringnya. Membuat sang pemilik senyuman itu terlihat begitu menawan dan manis dalam waktu bersamaan. Xing Chen tidak bisa menahan diri untuk tidak mengelus kepala lelaki di hadapannya itu.Xue Yang "daozang kau tau itu aku?" Xing Chen tersenyum. Membersihkan beberapa daun yang menempel dibaju lelaki dihadapannya itu.
Xing Chen "siapa lagi yang hanya menonton disaat aku kerepotan menguburkan mayat-mayat itu"
Mendengar jawaban itu Xue Yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal "itu terlihat melelahkan. Aku tidak ingin melakukannya". Xue Yang mengatakan itu sambil cemberut, memajukan bibir bawahnya. Membuatnya terlihat seperti seorang bocah yang sedang di marahi ibunya..Lagi lagi tingkah Xue Yang membuat Xing Chen gemas. Ia kembali tersenyum dan mengusap pipi lelaki manis dihadapannya itu "aku tau. Aku juga tidak ingin kau melalukannya"
Xue Yang hanya tersenyum menanggapi hal itu.
Xing Chen "ayo pulang. Aku akan memasakkan sesuatu yang enak untuk mu".
Xue Yang "daozang kau yang terbaik. Cacing di perutku sedang sekarat sekarang"
Xing Chen kembali tersenyum gemas melihat tingkah lelaki dihadapnnya itu. Dia mencubit pelan pipi lelaki manis dihadapannya. Kemudian menggenggam tangan lelaki itu dan mengajaknya kembali berjalan.
Dengan begitu mereka melanjutkan perlajanan bersama. Mengobrol ringan dan sesekali Xing Chen mengelus lembut kepala lelaki itu.BERSAMBUNGG...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)
Fiksi Penggemarsekilas kisah tentang hubungan Xue Yang dan Xiao xing chen Cover by Kaya