part 12

478 70 3
                                    

Jin Guang yao (tersenyum) "tidak ada. Ayo kita cari rumah kosong. Ini susah gelap. Boleh aku menginap disini malam ini?"

Xue Yang "terserah. Tapi siapa bilang aku ingin rumah kosong?"

Jin Guang yao yang tidak mengerti maksud Xue Yang hanya menatap lawan bicaranya itu dengan penuh tanda tanya.

Xue Yang "ayo"

Brrraaaaakkkkkkk... Xue Yang menendang pagar rumah hingga hancur.
Jin Guang yao cukup terkejut dengan itu, namun ia tetap memasuki rumah mewah itu mengikuti Xue Yang. Baru saja melangkahkan kakinya memasuki pagar rumah ia langsung mematung melihat sesuatu mengelinding di kakinya.

Ia membelalakkan matanya. Lidahnya kelu. Kakinya mati rasa. Bahkan untuk beberapa saat ia lupa untuk bernafas.
Jin Guang yao benar benar kehilangan kendali atas tubuhnya. Ia melihat. Melihat dengan jelas aksi Xue Yang. Ia juga mendengar. Mendengar dengan jelas jeritan di depannya. Namun ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Jin Guang yao hanya bisa mematung melihat aksi brutal Xue Yang.

Ia sudah sering mendengar bahwa Xue Yang adalah penjahat tidak berperikemanusiaan, ia juga mendengar bahwa Xue Yang bisa membunuh siapapun tanpa berkedip. Tapi sekarang. Ia melihat sendiri. Dengan mata kepalamya sendiri. Kebrutalan Xue Yang saat memainkan pedangnya.

Jin Guang yao POV
Aku memasuki rumah itu tanpa tau tujuan kami. Aku hanya mengikuti Xue Yang. Bocah brandal ini tidak menjelaskan apapun. Apa yang akan dia lakukan di rumah orang?
Masuk dengan merusak pagar? Siapa yang akan bertanggung jawab dengan kekacauan ini jika bukan aku... apapun tujuannya.. aku harus mengikutinya. Menghentikannya dari membuat kekacauan yang lebih besar.

Baru beberapa langkah aku melewati pagar yang telah hancur itu, ada sesuatu yang mengelinding di kaki ku. Tidak terlalu jelas apa itu. Langit sudah mulai gelap, di tambah pepohonan disini terlalu lebat. Tidak ada banyak celah untuk jalan cahaya rembulan.

Aku mengambil benda yang mengelinding di kakiku. Ini salahku. Rasa penasaran ku terlalu tinggi. Aku bersumpah tidak akan menuruti lagi rasa penasaran sialan ini.

Saat aku mengangkat benda itu. Tubuhku langsung gemetar. Aku bisa merasakan aliran darahku berhenti seketika. Detak jantungku terdengar jelas di telinga. Ini bukan benda. Ini.. ini kepala. Kepala dengan mata yang membelalak menatapku.

Tanganku langsung gemetar memegang kepala itu. Aku ingin berteriak memanggil Xue Yang. Memberitaunya ada potongan kepala di sini. Aku ingin mengajaknya segera meninggalkan tempat terkutuk ini. Ku rasa ada binatang buas kelaparan di sini. Tidak tidak. Ku rasa ada iblis mengamuk disini. Apapun itu aku tidak peduli. Aku hanya perlu membawa Xue Yang meninggalkan tempat ini.

Saat aku hendak mencari Xue Yang bola mata ku tertuju pada seorang anak gadis yang sedang berlari. Ia sangat manis. Tubuhnya mungil. Parasnya cantik. Usianya mungkin baru sekitar 4 tahun.
Anak itu berlari dengan tawa cerah di wajahnya. Ada anak lain yang mengejarnya. Anak itu tidak kalah manis. Dia adalah seorang anak laki-laki dengan paras menawan. Dia lebih dewasa. Mungkin sekitar 7 sampai 8 tahun.  Mereka berlarian saling mengejar dengan tawa cerah di masing masing wajah anak itu.

Untuk beberapa saat aku melupakan pengalan kepala yang masih ada di tanganku.
Aku tersenyum melihat kedua anak itu. Sekaligus. Aku juga cemburu dengan mereka. Mereka memiliki masa kecil yang indah. Tidak seperti ku dahulu.

Aku terus memandangi dua anak manis itu. Hingga gadis kecil yang berlari itu jatuh karna menabrak Xue Yang. Gadis itu tidak menangiw, dia langsung berdiri dan membungkuk untuk meminta maaf kepada Xue Yang. Aku kembali tersenyum melihat tingkahnya. Benar benar gadis yang manis. Saat aku hendak menghampirunya aku langsung tersentak melihat apa yang Xue Yang lalukan terhadap gadis manis itu.

Xue Yang... dia... dia mengayunkan pedangnya pada gadis manis itu. Kurang dari satu detik kepala gadis itu mengelinding dan di tendang oleh Xue Yang.
Anak laki-laki yang ada di belakangnya menjerit. Menangis dan berlari memasuki rumah.
Dan Xue Yang. Lagi lagi tanpa perasaan dia melemparkan pedangnya dan menembus tepat di dada anak lelaki itu.

Adegan itu mengingatkan ku kembali dengan kepala yang masih ku pegang. Aku langsung melemparkan kepala itu.
Ternyata ini bukan ulah binatang buas ataupun iblis. Ini Xue Yang. Xue Yang yang aku bawa. Xue Yang yang sejak 2 hari lalu menghabiskan waktu bersamaku. Tubuhku semakin bergetar menyadari hal itu.

Aku ingin berlali secepat mungkin. Menjauh dari rumah itu. Menjauh dari Xue Yang. Jujur saat ini. Aku takut dengannya. Aku tidak pernah melihat seorang yang begitu brutal sepertinya.
Dia bukan hanya pembunuh berdarah dingin. Ku rasa. Dia bahkan bukan manusia.

Author POV
Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri aksi brutal Xue Yang Jin Guang yao langsung kehilangan kendalinya.
Ia bahkan tidak bisa merasakan tubuhnya.
Ia membelalakan matanya melihat Xue Yang menghabisi seluruh penghuni rumah itu. Tidak seorangpun ditinggalkan. Tua, muda, anak-anak, bahkan bayi. Ia juga bisa mendengar jeritan di sepenjuru ruang, namun itu tidak berlangusng lama. Hanya dalam sekejap tempat itu menjadi sunyi. Bau anyir langsung menusuk hidung. Lautan darah mengalir dibawah kakinya.

Itu adalah pemandangan yang mengerikan. Ia bukan seseorang yang tidak mengerti perang. Ia bisa menggunakan pedang. Bahkan ia juga sering melihat orang merenggut nyawa dihadapannya. Namun kali ini ia sampai kehilangan kendali atas tubuhnya karna keterkejutannya.

Saat ia melihat Xue Yang mendekat kearahnya ia ingin berlari. Kemanapun. Dia yang membawa Xue Yang kemari. Dan dia juga sudah bersamanya selama 2 hari penuh untuk mencari tempat tinggal Xue Yang. Tapi entahlah. Saat ini. Xue Yang. Dia begitu mengerikan. Tubuhnya dipenuhi oleh darah segar. Bahkan seluruh wajahnya sekarang sudah berwana merah. Namun ia masih bisa tersenyum mendekat padanya sembari membawa pedangnya di pundak.

Senyum itu. Sebelumnya cukup indah namun sekarang benar benar mengerikan.
Jin Guang yao. Ia tidak bisa berlari. Bahkan ia tidak bisa menggerakkan kakinya. Ia hanya bisa menatap Xue Yang yang semakin lama semakin mendekat padanya.
Jantungnya semakin berdetup kencang seiring langkah kaki Xue Yang yang sedang mendekat padanya.

BERSAMBUNG...

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang